Cat air pada kertas
86 x 66 cm
2020
Cerbera odollam Gaertn.
Bintaro (Indonesia).
Apocynaceae.
Kepulauan Andaman, Bangladesh, Kalimantan, Kamboja, Kepulauan Cook, India, Jawa, Malaya, Marianas, Myanmar, Kaledonia Baru, Kepulauan Nicobar, Filipina, Queensland, Samoa, Kepulauan Society, Sri Lanka, Sulawesi, Sumatra, Thailand, Tonga, Vanuatu, dan Vietnam.
Sepanjang sisi anak sungai, tambak, daerah pantai, dan hutan mangrove.
Pohon cemara kecil, setinggi 6 m; kulit kayu cokelat kehijauan; menyala kuning krem; percabangan kokoh dengan bekas luka daun menonjol, lateks berwarna susu. Daun sederhana, berseling, bermahkota di ujung cabang; tangkai daun panjangnya 8–35 mm; lamina (lembaran daun) berukuran 10–25 x 2,5–6,5 cm, lanset atau lonjong; dasar runcing atau menipis; puncak meruncing; tepi rata, gundul, berdaging, hijau cerah dan mengkilap, bermembran ketika kering; pertulangan samping banyak, berdekatan, ramping, paralel, melingkar di dekat tepi membentuk urat intramarginal; bunga biseksual, diameter 5 cm, putih, di pseudoterminal (ujung semu) bunga payung; lobus kelopak 5, linier, melengkung, glandular; lobus mahkota 5; benang sari 5, kecil, termasuk, kepala sari lanset, di ujung; buah berbiji, bulat atau oval, kulit luar hijau berubah menjadi merah mawar; biji 1 atau 2.
Kayu digunakan dalam pengobatan tradisional.
Biji, cangkok, dan setek batang.
Bintaro menjadi nama sebuah kota ternama yang dikembangkan di Jakarta Selatan yang merambah ke Tangerang Selatan. C. odollam hampir identik denganC. manghas, perbedaan utama terlihat dari kelopak daunnya. Manghas memiliki beberapa warna merah di tengah, tetapi odollam memiliki warna kuning.