Kuratorial

Bayang-bayang yang Membebaskan

SEORANG pelintas profesi, Tulus Warsito (1953), bergelar Doktor Ilmu Politik, menyandang jabatan Guru Besar (Profesor) dalam bidang Ilmu Politik, Politik Internasional, dan Diplomasi Kebudayaan, sekaligus dikenal sebagai pelukis, memiliki reputasi dan pencapaian penting dalam ranah seni rupa. Pada 1972 tercatat sebagai mahasiswa jurusan seni patung di STSRI “ASRI” Yogyakarta (kini Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta), tidak ia selesaikan karena menekuni seni lukis batik (yang membawanya ke Amerika Serikat dan Jerman pada 1977, 1979). Sejumlah pameran penting ia ikuti antara lain Pameran Esensialisme Pop Art di Galeri Seni Sono Yogyakarta (1976); Pameran Kepribadian Apa (PIPA) di Galeri Seni Sono Yogyakarta (1977); Pameran Pop Art Indonesia, Paris (1979); Pameran Biennale l Yogayakarta (1988); Pameran Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat KIAS, (1990); Pameran Biennale lll Yogyakarta (1996); Pameran EXPOSIGN di Yogyakarta (2009); Pameran 7th Geoje International Art Festival, Haegeumgang Theme Museum, Korea Selatan (2021).

Bagi Tulus melukis merupakan laku yang membebaskan; berada di ruang yang tidak mengikat, melepaskan dunia ide disertai imajinasi tanpa tepi, dan berakhir pada bidang gambar disertai semangat menjelajahi material. Ia bermain sekaligus memainkan antara realistas dengan imajinasi; bagaimana kenyataan (benda, peristiwa, pengalaman) ditransformasikan menjadi “kenyataan lain” pada bidang gambar atau medium lain yang dianggap tepat. Antara ide, imajinasi, dan improvisasi saling berkelindan, sementara di dalam dunia akademik, utamanya dalam pemikiran dan produk (tulisan) ilmiah, ambiguitas disingkirkan, diganti dengan kepastian-kepastian.

Ia memainkan logika yang saling bertabrakan: antara yang datar (flat) dengan citra ruang ilusif; sapuan-sapuan ekspresif, warna-warna sebagai warna, namun hadir pula ‘ruang’ yang dihasilkan oleh garis-garis yang membekaskan bayangan. Bukankah itu ruang bagi Tulus untuk bermain-main dan memainkan berbagai kemungkinan tanpa tuntutan kausalitas logis? Praktik seni rupa dapat dipahami sebagai “bayang-bayang” pembebasan Tulus Warsito, seorang ilmuwan politik yang meneliti dan menganalisis gejala politik yang penuh kepentingan; seorang pengajar (dosen) yang berada dalam padatnya aturan dan tugas yang diatur oleh rezim administrasi; sekaligus seorang perupa yang mampu menciptakan kesimbangan dan kegembiraan melalui ekspresi seni. Kedua pekerjaan ini saling membebaskan, saling memberi energi, dengan hasil, konsekuensi, dan implikasi yang berbeda.

 

Suwarno Wisetrotomo

Suwarno Wisetrotomo,

Kurator