Indonesian Women Artists #3: Infusions Into Contemporary Art
Sepuluh Perempuan Perupa Kontemporer
Membayangkan Dunia ke Masa Depan

Inda Citraninda Noerhadi

Beberapa abad terakhir, kekaryaan dan para perempuan perupa kurang memperoleh eksposur yang memadai karena dominasi lelaki perupa di masyarakat; mengakibatkan kurangnya informasi dan pemahaman tentang kontribusi perempuan perupa bagi dunia seni lukis, patung, dan bentuk seni lainnya. Masih terdapat celah besar yang seharusnya dikaji, bagaimana peran seni rupa, khususnya perempuan perupa dalam pemetaan dan penulisan sejarah seni rupa Indonesia.

Carla Bianpoen, Farah Wardani, dan Wulan Dirgantoro telah mengisi kekosongan tersebut dengan melakukan penelitian terhadap kehidupan dan karya perempuan perupa dari berbagai usia, latar belakang hingga menghasilkan buku “Indonesian Women Artists: The Curtain Opens”, yang mengulas tentang 33 perempuan perupa, diterbitkan oleh Yayasan Seni Rupa Indonesia, dan diluncurkan bersamaan dengan pameran yang dikuratori oleh Wulan Dirgantoro di Galeri Nasional Indonesia, pada Agustus 2007 silam.

Pada 2019, pendiri dan penggagas Indonesian Women Artists (IWA), yaitu Carla Bianpoen dan Inda C. Noerhadi, bersama Yayasan Cemara Enam meluncurkan buku “Indonesian Women Artists #2: Into The Future”, disertai pameran karya 21 perempuan muda kontemporer, usia antara 27 tahun hingga 41 tahun, di Galeri Nasional Indonesia. Salah seorang perupa yaitu Syagini Ratna Wulan terpilih mengikuti Venice Biennale 2019, ajang seni rupa dunia yang sangat bergengsi, diselenggarakan tiap dua tahun sekali di kota Venice, Italia.

Seiring bergulirnya waktu, dengan semangat feminisme yang telah diwariskan baik berupa gagasan, pemikiran konseptual dari mendiang Prof. Dr. Toeti Heraty Noerhadi-Roosseno, pendiri Cemara 6 Galeri-Museum, pada 4 Desember 1993 juga Yayasan Cemara Enam; kami melanjutkan legacy sesuai visi dan misi galeri, salah satunya yaitu memberi ruang bagi perempuan perupa.

Kali ini kami hadirkan pameran karya 10 perempuan perupa terpilih, yang membayangkan dunia seperti yang mereka lihat, alami, dan rasakan, “Indonesian Women Artists #3: Infusions Into Contemporary Art”. Kesepuluh perempuan perupa ini secara konsisten produktif selama dua dekade dan telah dikenal baik nasional maupun internasional. Posisi dan peran penting mereka di masyarakat serta kekaryaannya penting dicatat bagi perkembangan seni rupa Indonesia. Mereka adalah: Arahmaiani, Bibiana Lee, Dyan Anggraini, Dolorosa Sinaga, Indah Arsyad, Mella Jaarsma, Melati Suryodarmo, Nunung WS, Sri Astari Rasjid dan Titarubi.

Ketika pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, tantangan tidak menghentikan kekuatan kreativitas manusia, apalagi energi abadi dari perempuan perupa. Faktanya, banyak dari 10 perempuan perupa terpilih mengalami dorongan yang lebih kuat untuk mengeluarkan energi dan kecakapan, keunggulan karya kreatif mereka dan dapat dianggap sebagai infus energi feminin.

Pameran Indonesian Women Artists #3: Infusions Into Contemporary Art, akan diselenggarakan pada Selasa, 29 Maret 2022, hingga Minggu, 24 April 2022, di Gedung A dan B, Galeri Nasional Indonesia. Didukung sebuah film dokumenter tentang sepuluh perempuan perupa oleh Direktorat Film Musik dan Media Baru, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, akan tayang perdana di Metro Cinema @ Roosseno Plaza, pada Selasa, 24 Maret 2022, pukul 14.00 WIB; serta di kanal IndonesianaTV, dan kanal YouTube BudayaSaya.

Terima kasih khusus kepada para patron yang dengan murah hati mendukung IWA#2 dan IWA#3, mendiang Prof. Dr. Toeti Heraty Noerhadi-Roosseno, Prof. Dr. Saparinah Sadli, dan Giok Hartono, dan penasihat Maman Wiryawan. Apresiasi yang tinggi kami sampaikan kepada Pustanto, Kepala Galeri Nasional Indonesia yang sangat mendukung pameran IWA#3 ini, dan Dr. Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Penelitian dan Teknologi, melalui dukungannya sejak awal untuk pameran perempuan perupa, dan untuk Yudi Wahyudin, direktur Pembinaan Tenaga Lembaga Kebudayaan yang meng-update status pameran secara intensif. Kepada Sekretaris Dirjen Kebudayaan, Fitra Arda yang atas dukungannya sehingga pameran daring (Virtual 360) ini dapat terwujud.

Terima kasih pula kepada Ahmad Mahendra, Direktur Film Musik dan Media Baru, dan Tubagus Andre Sukmana tentang pentingnya mendokumentasikan proses kreatif sepuluh perempuan perupa ini, dan film dokumenter ini merupakan yang pertama kali diproduksi tentang perempuan perupa Indonesia.

Saya sangat mengapresiasi upaya penggagas, khususnya Ibu Carla Bianpoen, sebagai penulis sekaligus kurator yang penuh semangat dan sejak 1993 konsisten mengamati karya perempuan perupa, juga terima kasih kepada kurator Citra Smara Dewi. Tidak lupa pula Widia Djatiningrum atas dukungan moralnya sejak 2018, khususnya Ily Ditanesia yang telah mendukung kami sejak awal persiapan Indonesian Women Artists.

Terakhir, tentu terima kasih sebesar-besarnya kepada ke-sepuluh perempuan perupa: Arahmaiani, Bibiana Lee, Dyan Anggraini, Dolorosa Sinaga, Indah Arsjad, Mella Jaarsma, Melati Suryodarmo, Nunung WS, Sri Astari Rasjid, dan Titarubi. Keterlibatan, gagasan dan pemikiran dalam proses kekaryaan mereka sangat menentukan pentingnya pameran ini dengan berbagai media: lukisan, gambar, patung, multimedia, film, performans hingga fotografi, seni instalasi, dan simbol mitos kuno yang ditransformasi menjadi sains dan teknologi canggih serta instalasi video digital. 

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Rudi Lazuardi yang telah berkenan meminjamkan beberapa koleksi pribadinya, yaitu karya Mella untuk melengkapi pameran ini.

Tidak lupa kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung terwujudnya pameran ini baik secara daring (Virtual 360) maupun luring: Tim Galeri Nasional Indonesia, Tim Cemara 6 Galeri-Museum, Agung Hujatnikajennong, Restu Imansari Kusumaningrum, Tim produksi Film Dokumenter, Tim Humanika, Tim Motion Graphic Linimasa; Gita Hastarika, Lisistara Lusiandiana (Indonesian Visual Art Archive) dan Maura Zulfa Rumany, FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) Institut Kesenian Jakarta, para fotografer dan desainer, Studio Biru serta Cemeti Galeri. 

Akhir kata, selamat berpameran bagi sepuluh perempuan perupa, semoga pameran ini dapat dinikmati dan diapresiasi oleh publik. Semoga kita semua diberkahi kesehatan dengan harapan Biennale Perempuan pertama dapat terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Inda Citraninda Noerhadi
Yayasan Cemara Enam
Jakarta, Maret 2022

Indonesian Women Artists #3: Infusions Into Contemporary Art
Ten Contemporary Women Artists
Envisioning the World Ahead

During the past few centuries, art by women artists has not enjoyed adequate exposure due to a prevailingly male-dominated society, resulting in a great lack of information and understanding of women artists’ contributions to the world of painting, sculpture and other forms of art, leaving huge gaps in the writing of Indonesian art history.

To remedy the lack, Carla Bianpoen, Farah Wardani and Wulan Dirgantoro decided it was time to fill the gap in art historical publications which had somehow left the women behind. They undertook major research into the lives and works of women artists of random ages, resulting in the book Indonesian Women Artists: The Curtain Opens, which was published alongside an exhibition curated by Wulan Dirgantoro. Encompassing 34 women artists, the book was published by the Visual Art Foundation, Yayasan Seni Rupa Indonesia and launched at the National Gallery of Indonesia on 26 February 2019. 

In 2019, the co-founders of Indonesian Women Artists (IWA) including Carla Bianpoen and Cemara Enam Foundation launched the book “Indonesian Women Artists #2: Into The Future”, together with the exhibition by 21 young contemporary women artists, aged between 27 and 41 years, at the National Gallery of Indonesia. 

In this, the late Professor Dr. Toety Heraty Noerhadi-Roosseno who founded Cemara Enam Foundation and the Cemara-6 Gallery-Museum on 4 December 1993, was an important patron, whose legacy of ideas, conceptual thoughts and mission stand as an enlightening example that we are committed to fulfilling. 

Ten artists envision the world as they see it

In this very special exhibition of “IWA # 3: Infusions Into Contemporary Art”, we will present 10 fascinating women artists who in their careers and spectacular works have been consistently productive during two decades and whose creative works have become well-known nationally and internationally. 

The artists are: Arahmaiani, Bibiana Lee, Dyan Anggraini, Dolorosa Sinaga, Indah Arsjad, Mella Jaarsma, Melati Suryodarmo, Nunung WS, Sri Astari Rasjid and Titarubi.

The exhibition which runs from presents a world of diverse imaginations in unity, not unlike the national and global understanding of Unity in Diversity.

When the Covid-19 pandemic spread throughout the world, the challenges did not halt the forcefulness of human creativity, let alone of women’s enduring energy. In fact, many of the 10 selected artists experienced an even stronger urge to bring out their creative prowess and can be considered as infusions of the feminine (not to be confused with feminist) energy.

The Indonesian Women Artists #3: Infusions Into Contemporary Art exhibition will be held from March 29th until April 24th, 2022, at Hall A and B, of the National Gallery of Indonesia. In addition, a premier documentary film on these artists, which was supported by the Directorate of Film, Music and New Media, Ministry of Education, Culture, Research and Technology, will be shown on Indonesiana TV and channel Budayasaya and Metro Cinema @ Roosseno Plaza.

Special thanks to the patrons who generously supported IWA#2 and IWA#3, the late Prof. Dr. Toeti Heraty Noerhadi-Roosseno, Prof. Dr. Saparinah Sadli and Giok Hartono; and our standing adviser Maman Wiryawan. Our high appreciation goes to Bapak Pustanto, the Head of the National Gallery of Indonesia who has been very supportive of this IWA#3 exhibition and Dr. Hilmar Farid, the Director-General of Culture, Ministry of Education, Culture, Research and Technology through his generous support for the exhibition of women artists since the beginning and for Bapak Yudi Wahyudin, one of the directors who has updated the status of the exhibition intensively. To the secretary of Director General of Culture, Bapak Fitra Arda whose kind assistance we duly recognize.

Many thanks are due to Ahmad Mahendra, Director of Film, Music and Media and Tubagus Andre Sukmana for their insights into the importance of documenting the creative process of these 10 women artists with a film that is produced for the very first time in history.

I would also like to thank all those who helped to make and support this exhibition: the patrons, advisory team, the artists, National Gallery of Indonesia, photographers, film documentary, videographers, virtual 360 and the archives.

I much appreciate the efforts of the initiator, especially Ibu Carla Bianpoen, as a writer as well as a curator who never gave up, the curator Citra Smara Dewi and Widia Djatiningrum for her moral support since 2018 to the Cemara 6 Galeri-Museum, and particularly Ily Ditanesia who has stood by us from the very early beginning.

Last but not least, huge thanks to all the women artists: Arahmaiani, Bibiana Lee, Dyan Anggraini, Dolorosa Sinaga, Indah Arsjad, Mella Jaarsma, Melati Suryodarmo, Nunung WS, Sri Astari Rasjid, and Titarubi. Their involvement and participation set a defining mark on the importance of this exhibition with its variety of media, from painting, drawing, sculpture, film and performance to photography, installation art, and ancient mythical symbols morphed into advanced science and technology and digital video installations. 

Let me close with the hope that we will all continue to be blessed with good health and may our next step: an International Women’s Biennale, take shape in the not too distant future.

Inda Citraninda Noerhadi
Cemara Enam Foundation
Jakarta, March 2022