Faisal Kamandobat

Faisal Kamandobat

Faisal Komandobat lahir di Cilacap, 31 Desember 1979. Setelah menempuh pendidikan di sejumlah pesantren melanjutkan pendidikan di Departemen Antropologi Universitas Indonesia. Sebagian pengalaman kerjanya, ia pernah bekerja sebagai analis statistik di Career Development Center Universitas Indonesia (CDC-UI) dan masih tercatat sebagai peneliti masalah sosial dan politik di Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanities Universitas Indonesia (AWCPH-UI). Faisal juga aktif sebagai penulis, karya-karyanya diterbitkan di sejumlah media massa, buku, majalah, dan jurnal, baik berupa puisi, prosa, esai, dan laporan penelitian. Dalam beberapa kesempatan ikut menjadi penulis seni rupa, antara lain Pameran Bob Sick di Kedai Kebun (2004), Derau Jawa Hanafi di Galeri Nasional Indonesia (2016), Perkawinan Swasta Jumaadi di Art Jakarta (2019), dan Pameran Gilang Fradika di Ruci Gallery Jakarta atas prakarsa Mizuma Gallery, Singapura (2020). Sebagai perupa ia belajar nyantrik pada sejumlah seniman, antara lain Rukman, Nasirun, dan Heri Dono. Beberapa pameran telah diikuti, antara lain Tanda Cinta di Parak Seni Jogjakarta (2018), Between Ngoyo dan Nrimo di Studio Kalahan, Jogjakarta (2019), menyertakan wayang ekologi dalam Pameran Samuel Indratma di Galeri Framer Framed, Amsterdam (2020), Pameran Manifesto VII "Pandemi" di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta (2020), Pameran Nandur Srawung "Wiwitan: Restart!" di TBY Jogjakarta (2020), dan Experimental Wayang Exchange, Asia Center, Kyoto, Jepang (2020).

Mandala Paladium

Judul Karya: Mandala Paladium

Media: Kanvas, cat, besi, kayu, dan kain felt

Ukuran: Dimensi bervariasi

Tahun: 2021


Mandala merupakan tata spiritual, politis, dan etika yang menepatkan keseimbangan kosmis sebagai prinsip utama dengan citra berupa sebuah titik pusat yang mengembangkan secara simetris atau fraktual. Sistem Mandala dianut oleh kerajaan di Asia Tenggara, termasuk Nusantara di mana dari tata politis keluarga luas (large family) dengan tetua sebagai pusat acuan hingga kemudian mengalami pencanggihan seiring terjadinya proses Indianisasi dengan raja sebagai pusat dunia dengan status setengah dewa (Dave-King). Pada masa masuknya Islam, Sistem Mandala tetap bertahan dengan sultan dan istana sebagai pusat pandangan dunia masyarakat. Dalam proses pembuatan karya, saya akan berkolaborasi dengan Sanggar Matur Nuwun Pesantren Karang Gedang, cabang dari Pesantren Miftahul Huda, Cigaru, Majenang, Cilacap. Dan para sanggar akan dilibatkan dalam pembuatan wayang sehingga akan menambah keterampilan, wawasan, manfaat, dan berkah.