Nandang Gumelar Wahyudi (Nandanggawe)

Nandang Gumelar Wahyudi (Nandanggawe)

Nandang Gumelar Wahyudi lahir di Bandung tahun 1970, biasa dipanggil Nandanggawe. Proses keseniannya dimulai saat hijrah ke Yogyakarta pada tahun 1986, menyelesaikan pendidikan seni secara formal di SMSR Yogyakarta (1990), STSI Bandung (2013) dan Pascasarjana ISBI Bandung (2017). Pada tahun 1999 karya lukisnya mendapat penghargaan 10 terbaik Phillip Moris Indonesian Art Award, dan pada 2009-2010 menjadi nominator dalam kompetisi drawing di Kulturni Centar Zrenjanin, Kraljevo, serta karya video drawing-nya tercatat dalam Triennial of Extended Art Media di Belgrade, Serbia. Pada tahun 2011 Nandanggawe mendirikan DrawingClass212 yang mewadahi para seniman muda yang memiliki ketertarikan pada seni drawing untuk bersama-sama mengeksplorasi gagasan-gagasan baru seni melalui teknik drawing. Nandanggawe aktif berkarya dan berpameran dengan bebas, tanpa dibatasi oleh teknik dan medium tertentu, baik secara personal maupun komunal dalam komunitas seni eksperimental INVALID URBAN sebuah visual art ensemble yang digagasnya sejak tahun 2000 di Bandung.

Catatan Harian Seorang Tukang Kebun

Judul Karya: Catatan Harian Seorang Tukang Kebun

Media: Tinta, pensil, cat akrilik pada kertas

Ukuran: 45 x 20 cm (24 panel)

Tahun: 2020


"Catatan Harian Seorang Tukang Kebun" adalah karya drawing yang dibuat berdasarkan kisah berbagai orang biasa yang ditemui selama perjalanan pulang mencari 'kampung halaman'. Karya ini berisi berbagai catatan acak tentang satu dan berbagai hal lainnya dalam kehidupan orang-orang biasa dengan kisah yang luar biasa layaknya sebuah dongeng. Tragedi, kengerian dalam hidup. kisah perjuangan dari orang-orang yang 'kehilangan' tanah, rumah, keluarga, dan cinta... Di antara kepasrahannya pada takdirnya yang gelap mereka masih punya mimpi, harapan, kerja keras dan doa... Serta tentu saja berbagi daya hidup (energi) yang menumbuhkan kebaikan seperti seorang tukang kebun. Karya ini terdiri dari 24 lembar gambar yang dibuat dengan media sederhana di atas tumpukan kertas-kertas bekas dan disusun dua saf dengan cara ditempel atau hanya dipaku pada dinding tanpa menggunakan pigura.