Putra Wali Aco lahir di Polowali, Mandar, pada tanggal 18 januari 1997. Menempuh pendidikan S1 di Prodi Pendidikan Seni Rupa Undiksha sejak 2015-2019, pada pertengahan tahun 2021 melanjutkan studi di Program Pascasarjana Prodi Penciptaan Seni Grafis ISI Yogyakarta. Ketertarikan Aco terhadap seni grafis membuatnya bergabung dalam komunitas Studio Grafis Undiksha. Karya-karyanya aktif diikutkan dalam berbagai pameran di Bali dan di luar Bali, serta lolos dalam berbagai kompetisi seni rupa nasional dan internasional. Beberapa di antaranya finalis 3rd ASEAN Graphic Arts Competition di Vietnam tahun 2020, finalis Bandung Contemporary Art Award tahun 2019, finalis Seni Media “Sinkronik” di Kalimantan Timur tahun 2019, finalis Internasional Printmaking and Paper Art Show di Jakarta tahun 2018, dan peserta pameran ARC of Bali Art Award. Kini Aco aktif memperdalam ketertarikannya terhadap seni rupa dengan bergabung dalam komunitas Gurat Institute.
Judul Karya: Sandeq Berlayar di Laut Bali #1
Media: Cetak tinggi pada kertas
Ukuran: 92x120cm
Tahun: 2021
Karya yang berjudul "Sandeq Berlayar di Laut Bali#1" berbicara soal Suku Mandar yang ada di Bali. Suku Mandar adalah suku asli dari Pulau Sulawesi tepatnya Sulawesi Barat. Kebiasan Suku Mandar adalah sebagai nelayan dan petani. Pada jaman kerajaan Suku Mandar adalah pelaut yang cukup dikenal dengan kehandalan mengarungi lautan Indonesia dari pulau yang satu ke pulau yang lain menggunakan perahu sandeq, perahu cepat khas Suku Mandar. Selain untuk mencari ikan, Suku Mandar menggunakan perahu untuk membawah rempah-rempah yang ada di Pulau Sulawesi dan kain khas mereka untuk dijual di daerah lain. Kebiasaan ini membuat mereka bisa menetap di suatu daerah untuk membuat permukiman. Belum lagi adanya kekacauan kerajaan dan politik daerah kerap membuat Suku Mandar tidak kembali ke tempat asalnya. Seperti yang dialami Suku Mandar yang ada di Pulau Bali tepatnya di Bali Utara, di Sumberkima salah satu desa Mandar. Di bibir pantai mereka membuat pemukiman khas Mandar dengan rumah panggung dan tata letak seperti desa yang ada di Mandar dan membuatnya sangat berbeda dari daerah-daerah yang ada di Bali. Di Bali, Suku Mandar dikenal sebagai penghasil rempah dan hasil laut seperti ikan hias, ikan segar untuk dimakan, dan rumput laut terbaik. Mereka dikenal sebagai pelaut mandar yang handal tanpa merusak ekosistem yang ada laut, karena menggunakan alat-alat tradisonal. Jika di Sulawesi hasil laut digunakan untuk pribadi, di Bali juga digunakan dalam ritual sembahyang seperti canang atau bahan atau juga bisa digunakan sebagai seserahan. Masyarakat bali sangat menhargai suku mandar yang tinggal di bali sangat menhargai perbedaan yang sangat berbeda suku mandar pun sangat menhargai masyarakat bali yang membuat mereka hidup damai, berdampingan disuatu daerah. Dalam karya ini memperlihatkan perahu tradisional Mandar yaitu sandeq perahu yang menjadi kendaran untuk mengarungi laut bali serta menjadi pelingdung dilaut. Perahu ramping dengan layar khasnya yang cepat mengarungi laut bali. Dasar laut yang memperlihatkan objek-objek yang dipercayai etnik Bali ada dilaut Bali seperti gajah minah, Nagah, ikan-ikan hias, rumput-rumput laut yang banyak di pinggiran pantai Bali dan karang-karang yang berbentuk ragam hias bali yang dibentuk bagaikan karang-karang laut. Karya yang memperlihatkan kebiasaan sehari-hari orang mandar yang ada di Bali, dan mempercayai keyakinan orang bali, menhormati dan menhargai keyakinan itu sendiri.