Barons Anthonius Baboe lahir di Pulang Pisau, 28 Januari 1983. Saat ini tinggal di Kota Palangka Raya. Sehari-hari berprofesi sebagai Tukang Kayu. Barons Anthonius Baboe hobi mendesain Ornamen Dayak Ngaju dan membuat Patung dan Ukiran berbahan dasar kayu.
Raja Telu Hakanduang
2020
Kayu Sungkai
16x35 cm
Berdasarkan Cerita Rakyat Kalimantan Tengah, Tetek Tatum dan Para Tokoh dalam Kitab Panaturan Agama Helu Kaharingan, menggambarkan kebijaksanaan “Raja Telu Hakanduang” (Tiga Raja Bersaudara) yang melerai dan menyelesaikan kasus perseteruan antara Dua Dewa Dewi (Nyai Jaya Sangiang dan Mangku Amat Sangen), maka Patung Karya “ Raja Telu Hakanduang” (Tiga Raja Bersaudara) ini juga mewakili ajaran para orang tua tentang bagaimana cara menghadapi kehidupan di dunia, yaitu; Hidup dengan berusaha semaksimal mungkin (Ukiran anak patung paling atas yang menggenggam kedua pemukul Gong dengan kedua tangannya); Hidup dengan tidak melupakan Kebahagiaan Diri Pribadi (Ukiran anak Patung bagian tengah yang memegang alat vital dengan salah satu tangannya); Hidup dengan Patuh dan Taat kepada Aturan (Ukiran anak patung paling bawah dengan sikap tangan bersujud).
Tiruk Patahu
2020
Kayu Gaharu Ramin
18x72 cm
Patung “Tiruk Patahu” (Perilaku Kadal) mewakili sifat dan karakter Manusia yang terkadang berbudi Luhur namun bisa menjadi sebuas binatang melata, disitu terdapat ajaran yang menjadi pilihan kita sebagai Manusia yang sebenarnya untuk memilih apakah menjadi binatang atau kah menjadi manusia? Haruskah kita terus tersesat atau kembali kepada Jati Diri? Berkat dari “Petuah” dan “Ajaran Murni” yang diwariskan untuk kita dari masa lalu menjadikan kita tidak serta-merta meninggalkannya, Sehingga mengingatkan kita agar tidak melupakan dan tidak malu untuk menatap masa lalu sebagai tolak ukur dari kehidupan kita di masa sekarang, hal-hal baik itu sebagai tempat untuk kembali, sebagai “Titik Balik” dari sebuah Ajaran Murni di masa lalu yang akan selalu kita perlukan sekarang dan di masa yang akan datang.