PERUPA - Kalimantan Timur

Muhammad Hapide

Pide, lahir di Samarinda pada 21 Maret 1970. Pria berdarah Bugis Bone dengan nama lengkap Muhammad Hafid ini merupakan seniman rupa samarinda. Berlatar belakang otodidak, tak membuat surut proses pengkaryaannya, lebih kurang 30 tahun ia geluti seni kriya dan telah banyak karya-karya yang telah dilahirkanya baik lukisan, ukiran dan patung. Menjadi wajar jika ia pernah didaulat untuk mewakili Kalimantan Timur dalam KONGRES KESENIAN INDONESIA III tahun 2015 di Bandung. Di sela kesibukannya, pide juga aktif dan tergabung dalam komunitas Rumpun Ilalang dan Roemah kajoe. Ia juga merupakan salah satu guru dalam program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) 2018.

KARYA

Sapeq Karang dan Tumbuhan Ritus

Sapeq Karang dan Tumbuhan Ritus

2022

Akrilik pada Kanvas

70 x 70 cm

Sapeq karang adalah alat musik yang berasal dari leluhur Dayak di Kalimantan yang tak semata menghasilkan musik sebagai hiburan, tetapi juga mempunyai fungsi pada ritual dan upacara adat. Ia bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Dayak. Dalam mitologi suku Dayak pedalaman, sapeq karang diciptakan oleh nenek moyang suku Dayak, yang diceritakan saat terdampar di pulau-pulau kecil ditengah sungai setelah perahu yang di naikinya tenggelam akibat menerjang arus sungai dan jeram. Pulau-pulau kecil di tengah sungai itu disebut karang/karangan. Saat terdampar di tengah sungai itulah, diantara keadaan hidup dan mati, atau setengah sadar, sayup-sayup ia mendengar suara musik petik yang begitu indah dari dasar sungai. Semakin lama suara musik itu semakin nyaring dan terasa dekat. Ini memberinya kekuatan sekaligus ilham. Dan kemudian Ketika dia dapat Kembali selamat pulang kerumahnya, ia mencoba membuat alat musik petik dan mencobanya memainkan musik yang pernah di dengarnya di karang/karangan itu. Dari cerita lukisan yang saya buat ini dapat diambil interpretasi, sapeq karang menunjukan adanya relasi manusia Dayak masa lampau dengan alam sebagai sumber inspirasi dalam penciptaan bunyi dan kebudayaanya. Hal ini yang saya angkat dalam lukisan ini. Selain itu, lukisan ini juga ingin menunjukan kesetaraan wanita Dayak dalam dunia kesenian Kalimantan. Perempuan dan laki-laki punya posisi egaliter terlihat dalam seni tari, seni musik, seni lukis dan seni lainnya.