PERUPA - Maluku

Emus Selvis Larmawata

Emus Larmawata lahir di Tual, 5 September 1989. Anak ke-empat dari empat bersaudara. Saat ini berdomisili di tual. Berprofesi sebagai pelukis dan sering membuat karya-karya cat minyak, cat akrilik dan mural. Melukis adalah hobi yang sudah melekat sejak Sekolah Dasar. Emus menyelesaikan studi Pendidikan Matematika di Universitas Pattimura (2014) dan sempat mengabdi sebagai Guru Matematika (honorer) selama kurang lebih 4 tahun. Namun memutuskan untuk berhenti mengajar karena dihadapkan oleh satu pilihan sulit antara mengajar dan menjadi seniman profesional. Disinilah "Titik Balik" pertama yang terjadi dalam kehidupan Emus sebagai seniman. Emus pernah mengikuti Pameran Besar Seni Rupa (PBSR) yang dilaksanakan oleh Taman Budaya Nasional tahun 2017 di Ambon dan sering mengikuti pameran-pameran kecil di kota Tual, Kabupaten Maluku Tenggara dan kota Ambon.

KARYA

Deden Enhanar-Inspeksi

Deden Enhanar-Inspeksi

2022

Cat Minyak pada Kanvas

120x70cm

Deden Enhenar (Bahasa Kei) memillki arti "malarn terang benderang", atau dapat juga diartikan sebagai "malam berbintang". Karya ini terinspirasi oleh karya Van Gogh •stary Night" dan juga merupakan '7itik BaNk" pemaknaan kehfdupan saat kelahiran anak laki-laki saya "Vincent Joel Lannawata". Sebuah kelahiran mernanq membutuhkan perjuangan berat seorang ibu dan dukungan penuh seorang ayah. Namun demikian, tangisan pertama seorang bayi akan terasa begitu kuat hingga mampu menghapus air mata penderitaan seorang ibu. Maka muncullah kebahagiaan baru, permulaan yang baru, bahkan sebuah tanggung jawab baru. Maka kemudian muncul lagi satu pertanyaan baru. Apakah yang akan kita tinggalkan untuk generasi yang baru lahir ini? Kehidupan kah, atau kehancuran? Maka inspeksi menjadi sangatJah penting bagi keber1angsungan hidup generasi yang baru ini, Kita sebagai orang tua sekaligus penikmat sumberdaya saat ini memiliki tanggungjawab yang besar untuk memelihara, menjaga dan melestarikan setiap sumberdaya alam yang ada saat ini, apapun bentuknya. Sebab kita hanyalah manusia yang tercipta dari debu tanah. Pada masanya akan kembali ke tanah. Apa yang akan kita tinggalkan bagi anak cucu kita? Perenungan ini juga saya tuangkan dalam sebuah karya Puisi yang tak dapat dilepas-pisahkan dari karya ini. DEDAN ENHENAR Om lik yaa ... Ada janin di dalam butiran lat-lat di ujung meti Naik ke langit, bersinar seperti bintang-bintang Lalu peri-peri kecil datang rawat dorang sampe masu pagi Maka dong akan lahir jadi raja-raja waktu siang yang panjang Maka jangan lagi ada air mata Kama rahim-rahim Renan su jadi malam pono deng bintang Renang eee ... Jangan meangis ... kar'na malam ini malam pono bintang Nya ... Siap-siap suda ... sebab katong samua su mau menghadap senja Sebab janin-janin ini butuh bekal, bekal makan minum ... bukan janji-janji Sebab tanah, rahim pulau mama sementara ada Iuka Luka dapa tikam dari uang-uang hasil para penguasa pung janji deng bannaeng judi. Maka jangan lagi rampas dorang pung hak di hulan Jangan lagi jual tanah adat par setan-setan ... Renang eee.. .. Jangan meangis ... kar'na bintang-bintang ini dorang kuat ooo .... Apa yang katong punya, katong punya Apa yang dong punya, dong punya Kalo su habis makan kenyang, jang lupa anak-anak ini dong pung bagian juga. Maka rawat tanah yang masih tersisa. Rawat meti sana supaya janin-janin baru bisa hidup. Renang eee .. Mari berdoa supaya jang Tuhan kasih badai par sapu meti Renang eee ... Jangan menangis lagi ... Renang eee . Kasi kuat hati . Renang eee ... Un, 23 Maret 2022 Emus Larmawata