Wisnu Aji Kumara lahir di Praya, Lombok tengah, 03 September 1991. Saat ini tinggal dan berdomisili di Mataram. menyelesaikan pendidikan pada program studi penciptaan seni murni Pascasarjana ISI yogyakarta pada tahun 2020. Sejak pertama kali berdomisili di Jogjakarta di tahun 2009 sudah aktif berkesenian serta aktif mengikuti pameran. Pameran tunggal yang pernah di selenggarakan bertempat di Tembi Rumah Budaya pada tahun 2015 dengan tajuk Bekayat dimana dalam pameran tersebut yang menjadi konsentrasi saya ialah isu mengenai budaya dan kearifan lokal baik yang berkaitan dengan artefak serta maintefak suku Sasak. Hingga saat ini masih menggarap tema-tema tersebut sebagai salah satu konsentrasi dalam eksplorasi berkesenian. Selain itu, saya juga kerap aktif ikut serta dalam pameran-pameran yang bersifat kolektif hingga saat in serta program-program kesenian yang melibatkan masyarakat salah satunya bagelen Streer Art Project 2018, dan yang terakhir Mural kampung taman, tamansari Yogyakarta 2020. Selain pameran-pameran lainnya, pameran terakhir yang diikuti beberapa tahun belakangan ini antara lain 2022, Epifora, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta//. 2021, TuTaKaTa, Indieart, Yogyakarta | Bouquet of Hope, Stage of art UI 2021, virtul exhibition on artsteps | Truth or Dare Langgeng Art Foundation, Yogyakarta | Cek Ombak, Langgeng Art Foundation, Yogyakarta|Hope, 2madison gallery, Jakarta | ‘’Home Sweet Home”, Bale Sak_art, Praya lombok Tengah | “koncoku Zine”, online exhibition, posted in Yogyakarta//. 2019, “30 X 30”, Marto Art Center, Jakarta| “DOL”, Studio Kalahan, Yogyakarta | “Tuhan Bersama Orang-orang Yo’i”, Dalem Djayadiningratan, Yogyakarta | “Silaturrasa”, Taman Budaya NTB, Mataram| “Dharma”, Limanjawi Art House, Magelang | “One Step Forward, Via-via, Yogyakarta | “Stigma dan Diskriminasi”, Galeri Lentera Sahaja, PKBI Yogyakarta//. 2018, “Bagelen Street Art Project”, Desa Bagelen, Purworejo | “Kembali Untuk tumbuh”, Magelang Youth Art Fair, Magelang//. 2017, “Among Rupo Among Cerito”, Sesama Gallery, Yogyakarta | “The Rim Of Time”, Santika Hotel Mataram, Lombok | “Dok Sikam Nihan”, Gedung Sociated Taman Budaya Yogyakarta | “Contra Flow” Survive Garage, Yogyakarta//.
Kembali ke Selatan
2021
cat akrilik, cat minyak serta spay paint pada Kanvas
100 x 100 cm
Melalui karya ini, penyadaran kita atas ruang saya coba munculkan sebagai tanda bahwa kesadaran masyarakat pada masa lalu lebih banyak menggunakan orientasi ruang sebagai orientasi kehidupan. Penggunaaan orientasi ruang bagi sebagai patokan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari memiliki tujuan, fungsi serta makna tersendiri. Begitu pula yg dilakukan oleh masyarakat tradisi suku Sasak dahulu. Bagi mereka (masyarakat Sasak) selatan merupakan hilir, dan Utara dimana Rinjani berada sebagai hulu. Penggunaan objek perbukitan Lombok selatan dengan latar pantai sebagai penanda ruang tersebut. Cerita Mandalika yang berkembang di selatan pulau Lombok sebagai sebuah folklore juga merupakan penanda akan hilir dimana pada Rinjani dengan cerita Puteri Anjani nya sebagai hulu. Kita dapat berkaca kepada burung walet sebagai satu-satunya burung yg sarangnya selain bermanfaat untuk dirinya dan anak-anaknya juga dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup lain seperti halnya digunakan oleh manusia. Ini merupakan hentakan bagi kita untuk belajar kembali bagaimana menata ruang hidup (sarang) kita, dengan kembali kepada jati diri kita sebagai masyarakat komunal yang menempati ruang sebagai salah satu pengkosmos dalam ruang tersebut yang kemudian seyogyanya berkolaborasi dengan pengkosmos lain guna berupaya untuk mendapatkan kemanfaatan serta kemaslahatan bagi sesama.