Pengantar
Kepala Galeri Nasional Indonesia

MANIFESTO, sebuah pameran seni rupa kontemporer yang konsisten digelar sejak dua belas tahun silam oleh Galeri Nasional Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Event ini telah menjadi semacam tradisi pameran dua tahunan yang terus dijaga ciri khas dan keunikannya. Berturut-turut dilaksanakan mulai 2008 dalam rangka menyambut peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional. Berlanjut MANIFESTO kedua “Percakapan Masa” (2010), MANIFESTO #3 “ORDE dan KONFLIK” (2012), MANIFESTO No.4 “Keseharian” (2014), MANIFESTO V “ARUS” (2016), dan MANIFESTO 6.0 “MULTIPOLAR: Seni Rupa Setelah 20 Tahun Reformasi” (2018). Tahun 2020 ini adalah saatnya Manifesto digelar kembali untuk yang ketujuh kali, tentunya dengan tema dan sajian yang berbeda dari sebelumnya. Tema yang diangkat kali ini adalah “PANDEMI”, sebagai respons terhadap situasi pandemi Covid-19 yang melanda dunia dan berdampak di berbagai aspek kehidupan kita saat ini.

Pandemi ini memberikan dampak yang cukup berarti bagi Pameran Manifesto VII. Proses mewujudkan pameran kali ini memerlukan upaya yang lebih dari sebelumnya. Pergulatan konsep dan sajian artistik menjadi bahasan yang semakin menghangat hingga ditemukan formula yang terbaik. Cara-cara penyiapan pameran fisik seperti yang biasanya digelar di gedung Galeri Nasional Indonesia tak lagi dapat diaplikasikan seluruhnya. Perlu adaptasi dan perbaruan dalam banyak segi, juga keberanian dalam mencoba cara baru yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.

Tak hanya soal konsep dan sajian yang tampil dengan formulasi baru, Manifesto VII juga mencoba untuk membuka kesempatan bagi seluruh masyarakat agar berani menyuguhkan karya terbaiknya. Jadi, pameran ini bukan hanya diikuti oleh para perupa, namun juga seluruh masyarakat yang tinggal di Indonesia selama masa pandemi, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing. Hal itu dilakukan karena pandemi ini memberikan dampak pada setiap orang. Semua orang mengalami pandemi Covid-19, turut merasakan, sehingga karya yang ditampilkan dalam pameran ini menjadi suatu bentuk ekspresi masyarakat terkait pandemi Covid-19, dan bukan hanya soal visual artistik.

Seluruh karya dalam Manifesto VII dikemas dalam bentuk video, baik yang dibuat dengan menggunakan peralatan yang kompleks, hingga yang sederhana dengan menggunakan ponsel sehingga mudah untuk dioperasikan banyak orang. Hasilnya, terkumpul sebanyak 333 karya video dari 267 peserta. Dari jumlah tersebut, yang dinyatakan lolos seleksi sebanyak 217 karya video dari 204 peserta.

Pandemi Covid-19 dalam konteks pameran ini tak hanya menyoal kesehatan. Pandemi telah mengubah tatanan hidup dan budaya, juga cara berkesenian. Manifesto VII ini menjadi semacam pilot project bagi Galeri Nasional Indonesia untuk menjelajahi dunia baru dalam kubah seni rupa. Manifesto VII adalah pameran daring pertama Galeri Nasional Indonesia.

Pengalaman pertama ini bisa menyalakan semangat, berani untuk mencoba, meski kadang juga menyelipkan kekhawatiran. Yang pertama bisa menimbulkan rasa penasaran, karena belum tentu tahu hasil akhirnya. Yang pertama juga bisa sangat berkesan, meski tak luput dari celah-celah. Pameran daring pertama Galeri Nasional Indonesia ini semoga dapat mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk berani mencoba, mampu berinovasi dalam merespons situasi, tetap kreatif dengan segala keterbatasan, memberikan upaya terbaik yang bermanfaat bagi orang lain, dan tentu memberikan kesan yang tak terlupakan.

Mari kita bersama-sama menyambut pameran ini dengan sikap optimis, pikiran dan hati yang terbuka, dengan semangat mengembangkan diri dan lingkungan yang dapat berkontribusi bagi perkembangan seni rupa Indonesia.

Akhir kata kami ucapkan selamat dan terima kasih kepada para kurator, para peserta pameran, tim Galeri Nasional Indonesia, serta berbagai pihak yang telah mewujudkan Pameran Daring Manifesto VII “PANDEMI”. Semoga pola interaksi yang baru ini dapat menjadi referensi dan terus dikembangkan agar lebih baik di masa depan. Selamat berpameran, selamat mengapresiasi!

Jakarta, Agustus 2020

Pustanto