Aji Saka adalah seorang seniman yang sangat tertarik mengksplorasi berbagi material untuk dijadikan karya seni. Menurutnya setiap benda dapat merepresentasikan kisah tersendiri, maka ketika hal-hal tersebut direspon menjadi karya seni akan dapat menghasilkan visual yang menarik Ketertarikan terhadap dunia seni rupa membuatnya semakin serius untuk belajar tentang seni. Menuju jenjang karier yang lebih profesional, Aji melanjutkan kuliah di salah satu institusi seni ternama di Indonesia yaitu ISI Yogyakarta. Di kampus itulah minatnya untuk berkreasi dan mengeksplorasi beragam madia seni rupa semakin berkembang. Setelah proses kuliah selama 6 tahun, pada tahun 2015 ia lulus dari universitas tersebut. Hingga saat ini Aji masih terus aktif berkarya dan mengikuti berbagai event seni rupa. Pameran tunggal, pameran bersama dan residensi lokal maupun internasional telah ia ikuti. Aji Saka selalu “lapar” untuk terus mengeksplorasi medium seni, maka dari itu ia akan selalu berkarya dan bereksperimen untuk dapat menghasilkan karya-arya yang menarik.
Gunungan Nusantara
2022
Daun jati, cat akrilik, cat semprot, dan resin
92 x 76 cm
Dalam pagelaran wayang kulit, gunungan merupakan representasi dari suatu tatanan kehidupan. Gunungan ibarat suatu dunia yang berisikan makhuk hidup sebagai penghuninya. Gunungan merupakan simbol keanekargama yang menyatu harmonis dalam ruang kehidupan. Spirit harmonitas keragaman inilah yang melatarbelakangi penciptaan karya Gunungan Nusantara. Nusantara adalah suatu bahasa budaya yang mencakup keseluruhan tata kehidupan di negara Indonesia. Nusantara meliputi segala etnis, suku, agama, adat dan budaya di Indonesia. Keragaman ini merupakan fondasi yang akan menopang kebesaran bangsa ini pada saat sekarang hingga yang akan datang. Perkembangan jaman yang dinamis, menyebar ke penjuru negeri dari kota hingga desa telah memberi beragam dampak perubahan. Begitu banyak kemajuan dan nilai-nilai positif yang bisa dirasakan, mulai dari kemudahan hidup, kecanggihan teknologi, kelimpahan informasi dan bermacam hal lainnya. Akan tetepi di sisi lain, perubahan itu dapat memunculkan hal-hal negatif pula akibat penyalahgunaan fungsi/kecanggihan dan “filter” budaya yang kebablasan. Fenomena ini tentu menjadi ancaman sekaligus tantangan untuk dihadapi. Maka dari itu fondasi bangsa ini harus terus dijaga dan diperkuat, agar perkembangan yang hadir tidak sampai menghapus sejarah dan jati diri bangsa Indonesia.
Secera visual gagasan tersebut di atas digambarkan dengan merepresentasi tokoh Semar, anak-anak berbusana daerah, hewan dan tumbuhan yang diharmoniskan pada media daun. Semar dipilih karena ia adalah tokoh yang menjadi penyeimbang dan pengayom antara hal yang tinggi-rendah, biasa-luar biasa, dewa-manusia. Ia diartikan sebagai kebijaksanaan, kekuatan besar yang bersahaja sehingga memberikan ketentraman dan keharmonisan dalam suatu tatanan keanekaragaman kehidupan. Pada kehidupan nyata, tokoh Semar adalah penjelmaan dari kearifan dan kebijaksanaan sikap dari hati setiap individu yang menyadari akan mutlaknya suatu perbedaan sehingga kebaikan adalah hal yang tampak dari adanya perbedaan.
Kesatuan seluruh objek yang ditampilkan dalam karya ini memposisikan Semar sebagai tokoh sentral. Hal tersebut dimaknai sebagai pengayom atas keragaman hayati dan adat budaya manusia Indonesia sehingga menampilkan tatanan kehidupan yang indah dan harmonis. Daun jati sebagai media penciptaan karya merupakan kontekstualisasi kekayaan hayati alam Indonesia. Alam ini memberikan segala hal yang terbaik bagi seluruh makhluk yang menghunianya. Baik yang nampak kecil maupun besar, semuanya menyimpan nilai yang sangat berharga. Berkarya menjadi cara alternatif untuk merespon kekayaan sumber daya alam tersebut.