Ary Okta adalah seorang perupa, pekerja kreatif, dan praktisi pendidikan dan aktif sebagai socialpreneur. Setelah lulus dengan predikat Mahasiswa Teladan dari jurusan Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Yogya di tahun 1992, ia kemudian melanjutkan studi master di Institut Kesenian Jakarta dengan prodi Seni Urban dan Industri Budaya. Ia lulus pada 2012.
Proses berkeseniannya berbasis isu-isu lingkungan, dari sisi tema, juga bahan dan media. Mengeksplorasi berbagai bahan limbah, sebagai karya seni dan karya terapan. Kekaryaannya seringkali dituangkan dalam bentuk lukisan, seni instalasi, juga karya digital (gambar, ilustrasi, dan desain grafis). Aktif mengikuti beragam pameran di dalam maupun luar negeri. Juga mengelola studio seni rupa dan desain di Depok, dan mengelola sekolah berbasis alam di Jakarta dan Yogyakarta.
Menunggu digoreng
2022
Seni instalasi dari media daur ulang
Dimensi bervariasi
Sifat manusia maunya INSTAN. Semakin terlihat nyata, sudah tidak ada rasa malu, sudah tidak ada lagi/semakin menghilang etika ketimuran yang melekat.
Dan teknologi dimanfaatkan sebagai JALAN PINTAS. Tidak ada lagi PROSES yang dilalui. Semakin banyak, peristiwa hoax, settingan, ataupun kesempatan untuk saling menjatuhkan. Populer dengan segala cara, berprofesi dari kepalsuan ataupun kebohongan yang dibuat-buat, sudah menjadi sangat biasa. Teknologi menjadi perangkat utamanya.
“Menunggu digoreng” adalah karya instalasi dari material limbah daur ulang, bercerita tentang manusia yang digambarkan sebagai ayam-ayam yang bersolek berlebihan. Mereka menginjak-injak tatanan kultural (batu bata), memamerkan dirinya yang berisi kepalsuan (pilihan bahan sampah), menunggu publik “menggoreng” mereka (memberitakan dan membuat viral), sehingga keuntungan akan menghampiri mereka.