Dea Widya adalah seniman yang berbasis di Bandung. Ia merupakan lulusan dari Jurusan Arsitektur ITB yang kerap mengadopsi pendekatan-pendekatan desain dalam eksperimennya mengenai relasi antara seni dan arsitektur, yang mana menyingkap sisi-sisi tak terlihat dari arsitektur. Beberapa karyanya pernah di pamerkan di pameran Museum of Beaux Art, Brussel, “Power and Other Things”, Europalia (2017), ArtJog (2019), Future Architecture Belgrade Architectural Week (2021). Ia juga pernah menjadi artistic director pada Paviliun Indonesia di London Design Biennale (2021) dan kolaborator Translocal Performative Academy di University of Applied Arts Vienna (2022).
Kelvin Djunaidi merupakan seorang seniman media baru yang berdomisili di Tangerang. Kebanyakan karyanya menggunakan gerakan tubuh, interaksi realtime, dan komposisi algoritmik. Kelvin juga tertarik dengan pembuatan gim, digital synthesis, dan penggunaan kreatif dari machine learning.
The Invisible: "Free the Space"
2021
Instalasi virtual reality
Dimensi bervariasi
Karya ini membicarakan mengenai kondisi masyarakat di permukiman informal yang termarginalisasi. Melalui medium virtual reality, persepsi ruang penghuni rumah susun, ditampilkan melalui gubahan simulasi instalasi interior rumah susun, suara kultural, dan video.
Karya ini merupakan sebuah metafora tentang bagaimana para masyarakat di permukiman informal memiliki persepsi ruang yang cair - bagaimana mereka menyikapi ruang huniannya yang terus berubah, memerlukan negosiasi terhadap kondisi eksternalnya.
Medium VR menjadi 'ruang antara' di mana pada satu waktu, kita bisa mengalami dua realita yang berbeda, yang artinya pada keseharian kita sekalipun, batas ruang virtual dan fisik semakin tidak jelas. Pembentukan ruang menjadi bergeser, ruang tidak hanya fisik, tapi juga mental. Hal ini, merefleksikan kondisi spasial dan tubuh masyarakat di permukiman informal urban, yang selalu bergerak dalam transisi dan adaptif dalam segala situasi.