PERUPA

Gurat Art Project

Gurat Art Project divisi dari Komunitas Budaya Gurat Indonesia yang menaungi beberapa divisi seperti Gurat Institute yang lebih konsen ke penelitian dan pendokumentasian, Gurat Art Project yang lebih konsen ke kuratorial, workshop, dan program program seni serta praktik artistik lainya. Turut terlibat membantu Kurator I Wayan Seriyoga Parta dan Jean Couteau dalam pelaksanaan Pameran Tunggal Tiga Kota Ketut Budiana “COSMOS” di Tiga Bentara Budaya; Bali, Jakarta dan Yogyakarta Oktober 2014 Terlibat dalam kuratorial pameran Tunggal Nyoman Erawan E®MOTIVE, Reconstructing Visual Thought, di Griya Santrian Gallery Sanur Bali, Februari-April 2015
Awal tahun 2017 Gurat Institute bekerjasama dengan Aliansi Peduli Bahasa Bali dalam projek kolaboratif Taru Aksara untuk Aksi Peduli Bahasa Bali di Taman Pemuda Kota Denpasar
Gurat Artprojek menginisiasi Projek Pameran Seni Patung Pesisir Sclupture on The Beach, di Berawa tahun 2018 dan di Sanur Village Festival tahun 2019 Tahun 2017 - 2018 Gurat Artprojek mengerjakan serangkaian projek pameran dengan tajuk Intepreting Cultural Heritage, bekerjasama dengan BPPD Denpasar dan Denpasar Art Space. Salah satunya adalah pameran “Laku Sisi Sagara” tgl. 27 Oktober – 26 Nopember 2017, bekerjasama dengan Denpasar Art Space yang didukung Dinas Kebudayaan Kota Denpasar. Gurat Artprojek diundang oleh Santrian Gallery Sanur untuk menjadi tim kurator pameran yang bertajuk “Sipp Setiap Saat” bulan Desember 2020 – Januari 2021.


KARYA

gurat_art_project_bah_bangun_diorama_seni_lukisan_kamasan_1
gurat_art_project_bah_bangun_diorama_seni_lukisan_kamasan_2
gurat_art_project_bah_bangun_diorama_seni_lukisan_kamasan_3
gurat_art_project_bah_bangun_diorama_seni_lukisan_kamasan_4
gurat_art_project_bah_bangun_diorama_seni_lukisan_kamasan_5

Bah Bangun (Diorama Seni Lukisan Kamasan)

2022

Media campuran

Dimensi bervariasi

Karya ini adalah karya berdasarkan hasil riset dan temuan data data visual yang ditemui tim Gurat Institute selama melakukan riset terhadap seni lukis Kamasan. Sekian banyak kajian tentang seni lukis kamasan baik dari para peneliti dan akademisi asing maupun lokal, dalam mendekati dan meneliti tentang seni lukis kamasan, kami melihat sebagaian besar masih berfokus atau lebih tertarik pada aspek narasi ataupun persoalan di luar aspek artistik. Sangat sedikit yang mencoba menelisik pada persoalan artistik maupun ikonografi seni lukis Kamasan itu sendiri. Demikian pula dalam praksis seni rupa kontemporer Bali, pembacaan atas seni rupa kontemporer Bali terutama dengan hadirnya karya-karya yang berbasis praktik seni lukis tradisi, maka yang kerap dibaca dan dianggap mewakili spirit kekontemporeran itu adalah karya-karya para perupa yang melakukan eksplorasi pada wilayah tematik semata.
Nilai tradisi diposisikan sebagai bahasa dan dipinjam untuk menyampaikan gagasan personal para seniman kontemporer. Kebaruan yang disajikan sebagian besar adalah kebaruan dari sisi tematik karya dengan teknik ataupun karakter artisktik tradisi. Bertolak dari pemikiran itu, maka karya-karya yang telah meninggalkan pakem narasi pewayangan (Ramayana Mahabarata) adalah karya-karya yang dianggap kontemporer. Perubahan tematik dari wayang ke narasi narasi sosial ataupun personal seoalah menjadi satu-satunya prasayarat agar terbaca dan masuk dalam katagori menjadi seniman kontemporer. Sebagai tawaran kebaruan ansih jika ingin mengangkat karya berbasis tradisi ke panggung seni rupa kontemporer. Sebagai sebuah dinamika dalam perkembangan dunia kesenirupaan tentu saja hal tersebut sah adanya, begitu pula dengan pilihan jalan yang berbeda dari arus utama itu.
Berkaca dari kajian tersebut Gurat Art Project (divisi yang menggerakkan pemikiran dan kajian dari Gurat Institute keranah praksis kuratorial dan kekaryaan), mencoba menuangkannya projek karya instalasi kinetik. Menggerakkan kajian dan arsip dokumentasi menjadi karya seni rupa, mencoba memberikan tawaran yang berbeda dari arus utama cara penghadiran dan kesadaran melihat tradisi seni lukis kamasan, dan menempatkanya dalam konteks seni rupa hari ini. Kami tidak memilih jalan eksplorasi tematik, karana tidak ingin terburu-buru memitoskan kebaruan dan pembaruan dengan berpaling dari rupa wayang ke rupa personal. Kami memilih berdiri berlama-lama di depan karya wayang kamasan, menatapnya, mencoba mengurai aspek aspek yang paling kasat mata dari sebuah karya visual yakni visual itu sendiri.
Karya utama dari rangkaian karya instalasi ini berupa sebuah kotak yang di atasnya terdisplay satu karya lukisan wayang Kamasan yang kami lukis bersama dengan para pelukis muda. Lukisan tersebut terbagi tiga berdasarkan cara pelukis kamasan menghadirkan komposisi tumpukan ruang untuk menggambarkan tiap-tiap fragmen adegan. Lalu lukisan di atas fleksi glass yang awalnya rebah, dengan bantuan teknologi mekanik diberdirikan. Sehingga terbentuklah diorama yang meruang dari layer pertama fragmen paling bawah, menjadi layer depan demikian seterusnya hingga layer ketiga yang awalnya menjadi layer teratas menjadi layer yang paling belakang. Karya ini merupakan simulasi kinetik dari cara membaca karya seni lukis wayang kamasan dari bawah ke atas, ketika telah disimulasikan dengan cara kinetis menjadi dari depan ke belakang.
Karya kinetik ini tidak semata kami tempatkan dalam kesadaran alih media sebagai penanda spirit kebaruan. Tetapi sebagai upaya menghadirkan simulasi dan mencari jawaban atas pertanyaan dan hipotesis kami saat meriset karya Kamasan. Mengenai komposisi tumpukan, sebagai sebuah konsep perspektif dalam karya Kamasan, sebagai cara pelukis wayang tradisi dalam membangun ruang dalam karyanya. Karya mencoba mensimulasikan hipotesis kami tentang konvensi nalar visual dari cara penggambaran aspek naratif wayang Kamasan. Karya ini mempersoalkan kembali hal-hal yang mungkin dianggap terlalu elementer, elementer sehingga luput dalam pembacaan karya seni rupa kontemporer berbasis seni tradisi Bali yang lebih tertarik pada aspek pengembangan tematik. Serta narasi yang kontekstual terhadap kehidupan sosial hari ini, ataupun tema tema personal. Ketimbang berupaya menelisik hal hal elementer yang ada dalam seni lukis tradisi yang ingin dikembangkan dan di-kontemporer-kan itu.
Kami tidak ingin berada dalam pusaran diskursus dikotomis tradisi-moder/kontemporer yang cenderung diulang-ulang ketika membaca dan memperbincangkan seni rupa Bali. Projek ini mencoba menempatkan dan memposisikan karya sebagai media menggali dan berbagi pengetahuan bersama tentang seni lukis tradisional Bali, khususnya karya seni lukis Kamasan. Melalui pendekatan karya kolaboratif yang dikerjakan secara komunal oleh internal anggota komunitas Gurat Art project, dan melibatkan para perupa muda Bali dalam proses pengerjaan karya dan terpresentasikan dalam peristiwa pameran Manifesto 2022 ini. Karya ini juga dilengkapi dengan beberapa data riset kami tentang seni lukis Kamasan yang menyangkut aspek artistik dan ikonografi wayang Kamasan.