I Gede Jaya Putra lahir di Badung, 8 September 1988, saat ini tinggal di Seminyak - Bali. Memahami seni mulai th 2006 dengan berkuliah di ISI Denpasar dan di th 2011 menempuh program magister di ISI Denpasar. 2016 berkesempatan residensi di Institut of Contemporary Art Singapore, serta sempat menciptakan karya di Jepang dan Korea yang hasilnya dipamerkan di Sika galeri dan JHub Artspace. Secara kedekatan karya, cendrung pada lukisan dan instalasi, namun tak jarang juga melakukan eksplorasi medium serta eksperimen terkait kehadiran new media. Hingga saat ini masih konsisten menggunakan kendaraan sebagai subject matter yang direpresentasi pada persoalan terkini.
Aktifitas pameran telah dimulai dr 2006 dan berlanjut hingga kini baik itu pameran bersama dan pameran tunggal yang dilakukan di th 2013. Selain di Indonesia, pameran juga digelar di Thailand dan Singapura. Beberapa penghargaan yang pernah diraih : juara 1 Seni Instalasi pada event Bali Jani, juara 2 Drawing Model di ISI Denpasar, finalis Indonesia Art Award, Finalis Bazzar Art 2010 & 2011.
Satya Wacana
2022
Motor, akrilik, papan kayu, dan besi
300 x 120 x 170 cm
Berkata Jujur, bertindak tepat dan berani bertanggung jawab merupakan karakter “Integritas” yang menjadi aspek penting dalam 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Integritas atau Setia terhadap perkataan dan perbuatan dalam bahasa Bali disebut Satya Wacana. Dalam mitologi Hindu sosok yang paling berintegritas dikenal dengan Yudistira, salah satu sosok dalam Panca Pandawa – Mahabharata. Karya ini terinspirasi dari sosok tersebut yang mengedepankan kejujuran dan selalu setia akan perkataannya. Hal ini divisualkan dalam karya dengan meminjam karakter / jenis kendaraan Supermoto yang berperawakan tinggi, elegan, dan dapat berada pada 2 medan sekaligus. Warna biru menyiratkan tentang ketenangan, bijaksana dan didukung warna orange sebagai spirit perjuangan. Lukisan di motor serta drawing pada akrilik merepresentasikan persoalan hidup hari ini terkait akan suka-duka, kecintaan dan kehilangan yang menjadi poros “pengorbanan” dalam hidup. Karya ini memproyeksikan tentang spirit integritas, setia akan perkataan sebagai langkah menuju proses keIndonesiaan.