Imam Sucahyo adalah seniman otodidak kelahiran Tuban, Jawa Timur, tahun 1978. Selain melukis di atas kanvas, Imam juga banyak bekerja dengan teknik kolase, drawing pada kertas, serta patung berbahan tanah liat (terakota). Ciri khas visual pada karyanya yang cenderung padat dan coretan yang saling bertumpuk dengan sisipan kata-kata spontan membuat Imam seringkali diafiliasikan dengan gaya seni art brut atau outsider art. Beberapa pameran yang pernah Ia ikuti antara lain “Heart Opened” Cata Odata (2014), Art Expo Malaysia (2014), Paris Outsider Art Fair (2015 & 17), Lausanne Art Fair (2018), Biennale Jatim (Surabaya, 2017), “The Enigma” Artotel Sanur x Cata Odata (2018), Art Brut Biennale Hengelo (Belanda, 2018), Pameran Besar Seni Rupa Indonesia (Batu, 2018), “Anatomy Of Experience” Uma Seminyak (2019). Imam Sucahyo juga telah menggelar pameran tunggal antara lain “Rumah Kulit” Bloo Art Space (2016), “Jagat Mawut” Cata Odata (2017), karyanya juga telah dikoleksi oleh Museum Seni Art Brut di Lausanne (Swiss) dan dipamerkan di Museum NOMA (Jepang).
Penghunii Gg. Jambu
2021
Media campuran
Dimensi bervariasi
Bagi saya berkesenian adalah sebuah proses yang tidak pernah usai, hampir seluruh karya saya denganstatus 'belum usai'. Jika ada tema yang sering muncul adalah ide tentang 2 sisi kehidupan; bahwa apa yangkita lihat tidak selalu bisa diartikan baik dan buruk. Dalam membuat karya-karya ini, saya masihmenggunakan banyak media ala kadarnya dengan selingan eksperimentasi video. Saya percaya bahwa menciptakan tidak serta merta harus canggih memainkan perangkat teknologi.
Dalam karya saya yang saat ini memiliki judul ""Penghuni Gang Jambu"", beberapa dari karakter wayangyang saya buat dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini menjelma menjadi orang-orang yang ada diingatan saya ketika masih remaja. Mereka adalah para tetangga di perkampungan tempat tinggal saya duluyang berada di Gang Jambu. Saya memilih Gang Jambu untuk manggambarkan jarak antara ilmupengetahuan dan teknologi yang selalu berbeda-beda walaupun sumber tersebut sebenarnya tidaklahterlalu jauh. Karakter-karakter ini adalah representasi dari beberapa kalangan masyarakat Indonesiakhususnya mereka yang tinggal di perkampungan.
Bagi beberapa dari kami, pengetahuan dan teknologi masih bisa dikatakan hal yang mewah. Tentu adabeberapa yang saat ini sudah berkembang bersama dengan kebaruan-kebaruan itu dan membawaperubahan yang lebih baik lagi agar tidak banyak orang yang harus berkecil hati karena merasa tertinggal. (Konsep karya lengkap berikut karakter wayang bisa dilihat di lampiran pdf berjudul Penghuni Gang Jambu).