PERUPA

Laila Tifah

Laila Tifah adalah seniman Indonesia yang banyak berkarya pada media kanvas dan kertas, juga bereksplorasi pada material lain. Karyanya terlihat sangat personal dan humanis karena mengambil pengamatan di sekelilingnya dengan sudut pandangnya sebagai perempuan.
Beberapa tema besar karyanya bergeser dari masalah urbanisme ke masalah domestik (khususnya dapur), sejak keputusannya untuk pindah dari Jakarta dan menetap di Jogjakarta. Dapur adalah oase ide sekaligus sebagai laboratorium. Di situ dia menemukan banyak kearifan lokal yang bisa diangkat dalam karyanya. Antara lain terlihat pada karya “Setengah Minang” tentang identitas dirinya yang dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia (2015), dan pameran tunggal “Sri” di Jogja Galeri (2021) yang berbicara tentang ketangguhan perempuan.
Tema-tema karyanya merupakan akumulasi dari apa yang dipikirkannya dalam waktu yang lama, akan dieksekusi menjadi karya ketika dirasa sudah cukup penafsirannya. Baginya proses berkarya adalah proyek mini dalam kehidupannya. Ada benang merah antara karyanya di masa lalu, saat ini, dan masa depan.


KARYA

laila_tifah_anomali_2019

Anomali

2019

Cat akrilik pada kanvas

200 x 300 cm

Beberapa tahun ini tema karya-karya saya banyak berawal dari ruangan yang bernama dapur.
Dapur adalah oase ide, tempat menyerap kearifan lokal sekaligus sebagai laboratorium bagi saya.
Dari dapur lah saya menemukan dampak dari globalisasi budaya, salah satunya adalah mengenai kecenderungan konsumsi makanan saat ini. Gempuran makanan dari luar yang sedang trend dan telah menjadi gaya hidup telah membawa perubahan menuju kebiasaan makan tidak sehat, dan mengabaikan keberadaan makanan lokal. Bahan makanan pokok bangsa kita yang berupa beras, dulu begitu diagungkan, sekarang ini pun terbukti bisa menjadi sumber malapetaka; ditambah dengan perubahan pola suka mengkonsumsi gula dan karbohidrat bentuk lain seperti gandum dalam bentuk mie instan, kue, dll ternyata membawa masalah kesehatan yang serius. Hal ini bukan lagi menjadi masalah satu negara, tetapi sudah mengglobal.
Dari sinilah saya melihat dampak negatif globalisasi yang turut memperburuk kualitas makan warga dunia. Dengan membawa muatan yang awalnya adalah tema lokal mengenai “padi”, kemudian saya terjemahkan lebih luas sehingga menghasilkan tema yang mengglobal untuk karya saya, berupa masalah kesehatan yang melanda beberapa warga dunia, yaitu masalah diabetes. Beberapa karya yang membicarakan hal ini dapat dilihat pada pameran tunggal saya bertajuk “SRI” tahun 2021.
Untuk proyek karya selanjutnya, masih mengambil sumber ide dari dapur, saya berencana membuat karya dengan mengangkat suatu proses masakan dari suatu daerah di Indonesia, yang saat ini masih saya olah sehingga ide dari sumber lokal tersebut bisa terwujud sebagai karya yang berbicara global. Semoga segera terwujud!

“Anomali”
berjajar rapi
tegak bersama
serumpun rimbun
aku,
bukan bagian dari itu