M. Aidi Yupri, Lahir di Magelang, 24 Desember 1981. Memyelesaikan Pendidikan S1 Seni Rupa Murni, FSR, ISI, Yogyakarta. Proses berkeseniannya cenderung pada eksplorasi atas pengamatan, perenungan dan pembelajaran pada lingkungan Alam sekitar. Relay mengikuti beragam pameran baik didalam maupun luar negeri, Dua kali menggelar pameran tunggal , berpartisipasi di FKY, ARTJOG, Bennale Jateng, event Galerie Nasional, IAA, UOB, BaCAA, Royal Palace Antwerp, Belgium dan lain sebaganiya.
Unpredictable View
2021
Cat akrilik, kayu, dan kolase batu pada kanvas
100 x 5 x 65 cm
Karya ini merupakan ungkapan personal atas kondisi tatanan kehidupan sosial masyarakat yang berbeda dengan sebelumnya berbalut kompleksitas berita-berita medsos yang seringkali diluar dugaan. Segala sesuatunya tersaji/terjadi begitu cepat dan tak menentu.
Informasi yang bergulir dalam situasi pandemi saat ini memang banyak hal-hal yang tak terbayangkan sebelumya, mulai dari kebiasaan-kebiasaan sebelumya yang merupakan bentuk kearifan pun harus dikaji ulang. Kebiasan, norma-norma sebagai bentuk kearifan kini dibatasi bahkan dihindari, seperti misalnya berjabat tangan, saling berkunjug sebagai bentuk silaturahim dan bahkan beribadah pun harus menyesuaikan dengan tatanan baru yang berbeda bahkan bertentangan dengan tatanan sebelumnya. Mau membantu tetangga yang kesusahan, sakit, atau terkena musibah lainnya pun sangat berhati-hati dan dibatasi. Pada intinya sebuah bentuk perbuatan baik sangat terbatas dalam konteks seperti ini.
Dalam situasi mobilitas yang terbatas ini keberadaan/peranan smartphone begitu kompleks, baik sebagai sarana komunikasi melalui medsos, menggali informasi, belajar, bekerja, belanja, hiburan dan lain sebagainya. Pada waktu yang sama saya membayangkan jutaan pasang mata tertuju pada perangkat pintar yang satu ini. Sisi positifnya adalah percepatan arus informasi begitu mudah dan cepat disebar. Akan tetapi apabila informasi yang bergulir dengan mudah dan cepat tersebut adalah informasi yang keliru tentu saja ini akan menjadi persoalan.
Saya membayangkan “boom informasi” yang nyaris tak terkendali ditengah situasi pandemic membuat mata terperangah, seolah bola mata ini tak lagi bulat hingga pandangan pun terdistorsi.