Rizka Azizah Hayati lahir tahun 1996 dan besar di sebuah desa kecil bernama Bawahan Pasar, Kalimantan selatan, Indonesia. Tumbuh sebagai warga asli dengan adat Banjar yang masih kental sebagai perpaduan akulturasi dayak-melayu dengan agama islam. Ia menempuh pendidikan S1 keguruan seni rupa di Universitas Negeri Malang tahun 2014-2018, kemudian melanjutkan pendidikan di Pascasarjana Insitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 2019-2022. Saat ini ia tinggal dan bekerja di Yogyakarta, Indonesia. Saat ini Rizka melakukan eksplorasi media dan material dalam karyanya dengan teknik rust dyeing, yakni mencetak besi berkarat pada kain dengan sengaja memanfaatkan proses korosinya. Proses kreatif dalam eksplorasinya tersebut merupakan upayanya sebagai seniman untuk melakukan practical self-care atas kecemasan, ketakutan, krisis identitas, dan rasa sakit di masa lalu. Melalui praktik self-care tersebut, Rizka juga dapat menghubungkan alam bawah sadar, alam sadarnya saat ini, dan secara alami melatihnya untuk merasakan serta memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini berkelindan.Gagasannya seringkali dituangkan kedalam bentuk lukisan, kolase dengan jahitan-jahitan maupun dalam bentuk instalasi art. Telah mengikuti beragam pameran Selain itu juga banyak terlibat dalam berbagai pameran dan forum seni, di antaranya seniman undangan kelas asana Jogja Biennale (2022), Pameran epifora di Taman Budaya Yogyakarta(2021), Pameran Final Stage (Render Vis a Vis) (rangkaian jatim binnale), Rumah Putih, Batu (2018).
Tumbuh di atas Tubuh
2021
Kain perca, rust dyeing, benang, dan cat akrilik pada kanvas
80 x 60 cm (2 pcs)
Dampak pengasuhan bisa berupa dihantui dengan rasa bersalah dan rasa rendah diri, kebingungan, ketakutan mengambil keputusan, ketakutan untuk sendirian. Pola yang membingungkan hadir di suatu kondisi dimana pengasuhan yang membuat anak merasa aman sekaligus tidak aman. Membutuhkan rasa aman namun terancam karna pola yang tidak konsisten dalam pengasuhan. Hal ini membentuk pribadi yang kesulitan percaya dengan orang lain maupun orang tedekat, selalu ada keraguan karna pengalaman masa kecil yang butuh rasa aman namun tidak merasa aman di lingkungan rumahnya sendiri. Di sini terlihat bahwa pola asuh adalah hal yang sakral di masa awal-awal kehidupan manusia, dia berpengaruh dalam pertumbuhan seorang manusia untuk merasa utuh.