Yulian Ardhi, lahir di Semarang tahun 1977, bekerja dan tinggal di Jakarta. Yulian menyelesaikan pendidikannya di program studi Desain Komunikasi Visual, FSRD ITB. Karya-karyanya berupa gambar, lukisan, video, dan juga instalasi. Ia tertarik pada estetika rupa era 1990-an, dan banyak mengambil referensi dari budaya pop, simbol, dan ikon sebagai media bertutur akan kehidupan keseharian.
Yulian telah mengikuti berbagai pameran kelompok antara lain:“Unknown Asia” di Herbis Hall, Osaka (2018); “All the Small Things 3” di Can’s Gallery, Jakarta (2019); “Devosi” di Orbital Dago, Bandung (2020). Pada 2018 ia bersama Evelyn Huang menjadi co-curator untuk pameran tunggal Muhammad ‘Mice’ Misrad: “Indonesia Senyum” di GNI.
Fantomas
2020-2022
Instalasi video, kotak akrilik, cat akrilik pada papan kayu
69 x 10 x 110 cm
“Fantomas” merupakan karya instalasi berwujud kemasan kosong mainan action figure ukuran besar dengan proyeksi video. Ide pemikiran karya saya sendiri dimulai dari rasa gemas/kesal atas tingkah dan perilaku individu dan/atau kelompok yang merasa memiliki otoritas atas moral orang lain. Bentuk visual pada kemasan dengan melakukan apropriasi, meminjam elemen-elemen rupa dari lukisan “Salvator Mundi” karya Leonardo da Vinci. Saya hanya mengambil bentuk visual busana yang dikenakan oleh Yesus pada lukisan tersebut tanpa sosok Yesus sendiri. Peminjaman elemen visual tersebut mewakili kecenderungan perilaku individu dan/atau kelompok yang mementingkan penampilan luar untuk tampak lebih bermoral dan suci dibanding yang lain, namun rasa kemanusiaan hilang. Bentuk kemasan kosong saling mendukung dengan pemilihan elemen visual tersebut.
Proyeksi video pada bentuk kemasan, berupa video yang diputar secara berotasi dengan tampilan visual yang tampak samar. Elemen visual dalam video diambil dari salah satu simbol Hati Kudus yang digunakan masyarakat Katolik untuk mewakili “Kasih Tuhan yang tak terbatas kepada umat manusia”. Tampilan proyeksi video berdurasi pendek yang diulang-ulang menggambarkan pendeknya berbagai pesan/ide yang disampaikan saat ini melalui jaringan maya, sehingga yang masyarakat tahu hanyalah potongan kecil saja dari keseluruhan ide/pesan yang ada, dan masyarakat cenderung untuk tidak mencari tahu lebih lanjut.