Yes I am Okay (fully charged) Durasi: 05:00 Oleh: Restu Taufik Akbar Asal: Bandung
Deskripsi: Pada awal tahun 2020 ini dunia dikejutkan dengan wabah virus corona (Covid-19) yang menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. WHO Semenjak Januari 2020 telah menyatakan dunia masuk kedalam darurat global terkait virus ini. Ini merupakan fenomena luar biasa yang terjadi di bumi pada abad ke 21, yang skalanya mungkin dapat disamakan dengan Perang Dunia II, karena event-event skala besar (pertandingan-pertandingan olahraga internasional contohnya) hampir seluruhnya ditunda bahkan dibatalkan.



Pada dua bulan awal pandemi ini berlangsung saya mulai merasakan hal yang berbeda pada diri saya. Karantina mandiri yang saya lakukan dirumah mulai membuat saya merasa jenuh dan membosankan hingga membuat penyakit lama saya kambuh yaitu migrain dan ambeien. Sampai pada satu hari teman saya menghubungi saya via videocall WhatsApp yang obrolannya sebenarnya tidak begitu penting, hanya sekedar menanyakan kabar dan bercerita tentang hari-harinya dimasa pandemi. Ketika selesai videocall tersebut saya merasa keadaan saya membaik, mood saya membaik drastis, semacam ada energi yang saya dapatkan dari tatap muka virtual tersebut.



Dari pengalaman tersebut saya sadar bahwa ternyata kebutuhan sosial saya tidak terpenuhi saat pandemi ini yang menyebabkan penyakit saya kambuh karena stress. Saya sadar akan pentingnya komunikasi karena kita (manusia) adalah makhluk sosial. Mungkin jarak menjadi batasan disaat pandemi ini tetapi teknologi memungkinkan kita untuk bertemu secara virtual/dunia maya yang seolah menghilangkan jarak tersebut. Keadaan memaksa kita beradaptasi, membuat virtual/dunia maya menjadi realitas kita yang baru.



Dari pemikiran itulah saya membuat karya menggunakan videocall yang saya rasa dapat ber-impact baik untuk kejiwaan saya seperti men-charge kembali kejiwaan saya yang kosong karena pandemi ini. Akhirnya saya membuat video art berupa tumpukan videocall yang saya buat dari rekaman 100 videocall saya dengan teman-teman yang lama tak saya jumpai saat pandemi ini. Jumlah 100 saya maksudkan seperti ketika kita men-charge handphone, kita pasti men-charge sampai 100% dan ini pula bahasa saya untuk mengungkapkan terpenuhinya kebutuhan saya bersosial dengan orang lain. Video ini juga saya tumpuk menjadi 7 lapisan berwarna-warni layaknya pelangi, hal ini saya lakukan agar apresiator melihat video ini tidak berfokus pada pembicaraan atau lawan bicara saya didalamnya tetapi lebih merasakan energi dari video tersebut karena tumpukan video tersebut menjadikan videonya berbentuk abstrak. Warna pelangi juga menjadi bahasa saya tentang kebahagiaan, harapan dan kehidupan yang lebih baik.



Selain video, saya juga mengkomposisikan cap jempol yang saya dapatkan dari teman-teman yang saya hubungi melalui videocall. Cap jempol adalah bahasa saya untuk meng-Approve bahwa mereka baik-baik saja seperti mengacungkan jempol dan menjadi bentuk personal dari tiap orang yang saya hubungi, karena kita ketahui setiap orang memiliki sidik jari yang berbeda yang dapat terlihat dari cap jempol.
TAMPILKAN DESKRIPSI