Isolasi Durasi: 04:09 Oleh: Muhammad Nirwan Sambudi Asal: Cirebon
Deskripsi: Pandemi Corona/Covid-19 menjadi sebuah masalah serius bagi masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Virus yang mewabah dengan cepat sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam berbagai sektor, baik sosial ekonomi, politik, budaya dan lainnya. Hal tersebut juga terus berpengaruh pada setiap jengkal tindakan yang dilakukan oleh setiap individu, di mana mereka harus sadar dengan dirinya untuk dapat berpartisipasi memutus rantai penyebaran virus. Berbagai kebijakan kemudian mulai diterapkan, baik oleh pemerintah pusat dan daerah dengan terus melihat perkembangan dari WHO.



Karya ini hadir dari pengalaman pribadi Saya di tengah situasi pandemi ini. Saat kasus Corona pertama ditemukan di Indonesia, Saya masih beraktifitas di Jakarta dengan segala kegiatan perkuliahan. Namun, situasi terus berubah seiring ditemukannya kasus-kasus baru. Kegiatan di luar rumah terus dibatasi oleh pemerintah Jakarta dan saya terus bertahan di kota yang kemudian ditandai sebagai zona merah tersebut. Kekhawatiran terus bertambah setiap harinya, baik dalam diri saya maupun keluarga di rumah, hingga akhirnya pilihan pulang ke kampung halaman dipilih dengan segala protokol kesehatan yang ketat dan harus dipatuhi.



Dalam kepulangan tersebut, Saya memilih transportasi umum kereta api. Kondisi stasiun yang awalnya sepi kemudian mulai ramai mendekati jam keberangkatan. Saya mulai panik namun berupaya selalu waspada. Selama perjalanan saya merasakan tubuh saya sangat sulit bergerak, di mana bagian tubuh yang menyatu seolah terpisah dengan kedua tangan setelah memegang sesuatu ditakutkan terdapat virus. Kekhawtiran terus berlanjut, di mana saat sampai rumah saya terus dinaungi rasa takut "membawa virus" ke dalam rumah. Saya kemudian berinisiatif untuk melakukan isolasi mandiri sesuai protokol kesehatan dan anjuran pemerintah selama 15 hari pada ruang rumah yang terpisah dari keluarga. Untuk menjaga kewarasan, saya tetap beraktifitas, seperti mengikuti kuliah online, olahraga, juga berintetaksi secara virtual dengan keluarga dan teman-teman. Namun, semakin lama kondisi psikis saya mulai terganggu dan berpengaruh pada kondisi fisik.



Rentetan perjalanan hidup saya untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19 ini mengantarkan saya pada keterpenjaraan diri, tidak hanya fisik namun juga psikis. Anggota tubuh yang terpisah tidak hanya menggambarkan bagaimana diri saya sebagai individu dalam merespon berbagai kondisi, namun juga bagaimana saya sebagai makhluk sosial merasa terisolasi dalam sebuah lingkungan masyarakat yang hadir namun tersekat bagaikan di penjara.



Dalam karya ini saya menggunakan medium kayu dengan teknik lukis cat aklirik pada visual organ tubuh diatas kayu ketebalan 2cm, ukuran bervariasi, penambahan material kawat berukuran tebal 6 mili membentuk kurungan penjara yang memiliki dimensi ketinggian 2cm dilakukan dengan teknik las. Pewarnaan secara garis besar membicarakan terlebih berkaitan dengan hitam putih kehidupan yang terbayangkan atas refleksi pengalaman. Dimensi Variasi Ukuran; KEPALA : 25x20x5CM, BADAN : 30x35x5CM, TANGAN KANAN: 40x13x5CM, TANGAN KIRI: 40x13x5CM, KAKI : 45x26x5CM.
TAMPILKAN DESKRIPSI