Ukuran: 100x90cm
Media: Cat minyak pada kanvas
Tahun: 2020
Deskripsi Karya:
Suku Dayak Meratus yang mendiami Pegunungan Meratus adalah sebuah Masyarakat adat yang sangat kokoh mempertahankan adat Budaya mereka dan merupakan bagian yang tak bisa lepas dari kehidupan mereka sehari-hari, dalam Lukisan ini diceritakan Seorang Balian (Pemuka adat yang sering memimpin Jalannya Upacara Ritual) sedang memperhatikan Cucunya Belajar Menari.
Biografi perupa:
Lahir di Banjarmasin,5 Juni 1960, aktif melukis sejak tahun 1980 sebagai pelukis di perusahaan Advertising, sering mengikuti Pameran baik local ataupun di luar Daerah, Sekarang aktif sebagai Ketua IPKS (Ikatan Pelukis Kalimantan Selatan)
Ukuran: 150x100cm
Media: Cat Minyak pada Kanvas
Tahun: 2021
Deskripsi Karya:
"Seiring kemajuan zaman dan perkembangan teknologi yang semakin canggih akan membawa dampak kemajuan yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia dimuka bumi ini, segala sesuatu akan lebih mudah dan cepat kemajuan pun akan kelihatan lebih nyata. Semua kemajuan itu tidak lepas dari campur tangan manusia yang menentukan kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya alam yang ada di muka bumi ini. Kemajuan teknologi dan perkembangan pembangunan bagai dua mata pusai yang saling bertolak belakang, di satu sisi bisa berdampak positif bila di manfaatkan dan digunakan sesuai porsi dan kegunaannya, tapi disisi lain pasti meninggalkan dampak buruk bagi kearifan lingkungan yang mana teknologi pasti menyisakan duka. Di dalam karya lukisan yang berjudul (Kaki Zaman) saya akan mencoba menguraikan konsep dan deskripsi karya dari judul tersebut.
Kaki : di dalam pemahamannya adalah tumpuan dimana seluruh anggota badan pasti akan selalu mengikuti kemanapun kaki itu melangkah orang akan lumpuh bilan fungsi kaki sudah tidak bisa digunakan lagi. Zaman adalah pergeseran waktu dimana pergeseran waktu tersebut mengalami perkembangan dan kemajuan yang beraneka ragam. Kaki zaman menceritakan sebuah keresahan yang mana kemajuan teknologi dan pembangunan meninggalkan dampak negatif bagi sebagian masyarakat yang terpinggirkan, pembangunan gedung-gedung tinggi serta banyak didirikannya vila-vila di daerah pegunungan banyak menimbulkan masalah di kemudian hari karena dengan didirikannya pembangunan akan banyak memakan lahan salah satunya lahan pertanian, lading dan hutan, dengan rusaknya lahan-lahan tersebut maka dampak yang akan muncul seperti banjir, tanah longsor dan sebagainya tidak bisa di elakan lagi. Hampir seluruh sumber daya alam dan hutan yang ada di wilayah Indonesia sudah habisa dan rusak, disadari atau tidak itu semua karena ulah campur tangan manusia terutama mereka yang watak serakah. Semoga dengan karya ini bisa membantu menyadarkan para konglomerat yang serakah dan tidak perduli terhadap lingkungan sekitar yang rusak oleh perbuatan mereka."
Biografi perupa:
Setyo widayanto, Lahir di Bogor 26 Mei 1978, menempuh Pendidikan Akademis di ISI Jogjakarta dan saat ini sebagai PNS Guru Mata pelajaran Seni Budaya di salah satu SMA di Kalimantan Selatan, selain mengajar ia juga aktif dalam kegiatan Pameran di daerah ataupun Nasional, Desember 2020 Pameran Lukisan bersama seniman Di Tanah Laut, 27 Maret - 4 April Pameran Gradasi bersama Ikatan Pelukis Indonesia di Blitar, Mei Pameran “Ramadhan Exhibition Art” di Ibis Styles hotel, Surabaya, 12 – 21 Agustus 2021 Pameran Semarak Topeng 71, di Taman Budaya Kalimantan Selatan, dan juga aktif dalam kegiatan Berkesenian didaerah.