Ukuran: 63x53cm
Media: Cat Minyak pada Kanvas
Tahun: 2020
Deskripsi Karya:
Setiap orang dibekali bakat/talenta yang menjadikan passion yang mampu mewarnai hidup ini. Tidak jarang bakat/hobbi tersebut yang menghasilkan kekayaan, ketenaran, dan bahkan fans yang menggilainya.Seperti layaknya sosok figur pesepakbola ternama dunia Cristiano Ronaldo atau sapaan akrabnya CR7 yang banyak digilai dan disanjung kaum adam, apalagi kaum Hawa, karena kelihaiannya bermain bola menjadikannya memiliki perfect body, tampan, dan kaya berkat kaki emasnya.
Biografi perupa:
M. Febriandy lahir di Palu dan berdomisili disana juga, telah berpendidikan FSR, Institut Seni Indonesia di Yogyakarta. Sekarang telah menjadi seorang seniman dan aktivitas pamerannya antara lain. Untuk pameran kolektif pada tahun 2019 yaitu Pameran Seni Rupa “Membaca Wajah Indonesia” oleh GALNAS, di Istora Gelora Bung Karno - Jakarta. Tahun 2020 yaitu Pameran Lukisan “Contemporary fine Arts” Andi’s Gallery, 22-28Feb, di Lotte Shopping Avenue – Jakarta. Tahun 2021 yaitu Pameran Lukisan di Tricera Art Gallery, Jepang. Selain pameran kolektif ia pernah mengikuti Pameran Lukisan di Tricera Art Gallery, Jepang. Dan ia pernah mendapatkan penghargaan dan apresiasi yang besar diberikan oleh Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan.
Ukuran: 150x150x210cm
Media: Barang Rongsokan
Tahun: 2021
Deskripsi Karya:
Judul karya ini menggunakan salah satu bahasa daerah di Sulawesi Tengah, yaitu Bahasa Kaili sebagai simbol Kearifan Lokal dan slogan kekuatan kultur masyarakat lokal suku Kaili. Proses Kreatif tetap harus berjalan walau kita hidup ditengah bencana pandemi Covid-19. Jangankan beli bahan untuk sebuah karya dan biaya produksi lainnya, mencari sesuap nasi saja terasa sulit. Lantas, apakah seniman harus terus berkeluh kesah saja lalu berdiam diri? Tentu tidak.
Maka apapun alasannya, sebagai bagian dari PEMANGKU SISTEM SOSIAL KEMASYARAKATAN, PELAKU SENI HARUS MENJAWAB PANGGILAN KEMANUSIAAN INI SEBAGAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL KEMASYARAKATAN. Pelai seni harus tetap berkarya, sekalipun karya ini hanya hasil mengais sampah/barang rongsokan, dan akhirnya jadilah sebuah karya instalasi dari bahan bekas, botol air mineral, wadah telur ayam, kurungan ayam, patung pajangan pakaian, kompor, ram, kawat bendrad, car tembok.
Bagi kami yang sedang berjuang bangkit dari terpaan bencana dahsyat dan beruntun pada 28 September 2018 yang lalu dan disusul dengan bencana Covid-19 ini melihat bahwa pandemi ini bukan lagi tentang masalah kesehatan saja, atau tentang masalah virus saja, atau tentang masalah pembatasan kegiatan semata.
TAPI SEBUAH BENCANA KEMANUSIAAN YANG HARUS DI TANGANI DAN DIHADAPI DENGAN ENERGI DAN SPIRIT KEMANUSIAAN JUGA.
“MASINTUVU KITA MAROSO-BERSAMA KITA KUAT”, ADALAH SEBUAH PENGGAMBARAN BAHWA HANYA DENGAN KEBERSAMAANLAH KITA BISA MENGHADAPI PANDEMI COVID-19.
Biografi perupa:
Fathuddin Mujahid, lahir di Makassar, 21 September 1962, sejak tahun 1988 ia berdomisili di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Alumni Padepokan Bagong Kusudiardja tahun 1987-1988 Yogjakarta ini berkiprah di dunia Tari sejak 1979 dan selanjutnya menjadi seorang koreografer tari. Selain sebagai koreografer, ia juga aktif di bidang Seni Pertunjukan, Seni Lukis, Teater, dan Perfilman. Selain itu, ia juga pernah mengikuti Kursus Pengetahuan Umum Sinematografi (KPUS) Angkatan XV pada Oktober 1992 – Februari 1993 di Yayasan Citra Pusat Perfilman Usmar Ismail Marzuki, Kuningan Jakarta. Fathuddin Mujahid pernah menjadi juara I lomba seni lukis Porseni SMA Negeri III Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, pada 24 Desember 1979. Saat ini juga sebagai pendiri dan ketua Dewan Senior Lembaga Seni Budaya BANTAYA (LSBB) Sulteng.