Deskripsi:“Soliloquy” merupakan karya video art yang melibatkan 32 kontributor dari pegiat kreatif/seniman Indonesia dan luar negeri (Malaysia, Argentina, Jerman, Meksiko, Pakistan serta Hungaria). Video art tersebut berangkat dari proses kreatif virtual dalam masa pandemi Covid 19 yaitu “Selfie in 3 minutes” yang digagas oleh Sophiyah dengan platform metode penciptaan seni gagasannya yang bernama “Tilik Sarira Creative Process” juga bekerjasama dengan “Anomalist Production Malaysia” sebagai platform perwakilan komunitas teater yang mendukung terlaksananya proses.
Sophiyah selaku penggagas proses dan sutradara mereinterpretasikan lebih dari 42 footage hasil “Selfie in 3 minutes” menjadi video art “Soliloquy”. Soliloquy yang diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu percakapan seorang diri, dimaknai sebagai keberagaman pikiran dan rasa secara personal dari berbagai tubuh manusia dalam lintas disiplin dan kultur dalam menanggapi situasi berdiam diri di rumah saat masa pandemi Covid 19. Keberagaman yang terkadang menimbulkan friksi-friksi perlu ditanggapi dengan nilai keharmonisan supaya nyaman dalam menentukan solusi dari problematikanya masing-masing.
Proses kreatif virtual “Selfie in 3 minutes” yaitu kegiatan mengamati diri sendiri dengan merekamnya selama 3 menit yang berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari di dalam rumah sebagai bentuk pengakuan. Meluangkan waktu untuk mengamati aktivitas yang berkaitan dengan tubuh, ruang, dan benda sebagai upaya untuk menyadari ciri khas diri dan keotentikan diri yang didapat dari perilaku juga kebiasaan sehari-hari yang tidak disadari, tersembunyi, tidak berani diungkapkan, dianggap tidak penting bahkan sepele.
Peristiwa seseorang di dalam rumah menjadi menarik untuk diekspresikan karena rumah dianggap sebagai tempat yang nyaman dan merdeka untuk menjadi diri sendiri. Masa diam di rumah dalam situasi pandemik covid 19 ini didedikasikan sebagai waktu terbaik untuk merayakan keseharian di rumah serta cara untuk mengenal lebih akrab serta mencintai diri sendiri.
Proses kreatif ini sepenuhnya dilakukan dengan sistem online termasuk seniman luar negeri yang berkolaborasi, hadir dari di domisilinya masing-masing. Editor yang terlibat yaitu Bani Nasution, filmmaker (Surakarta) dan pengisi atmosfir audio oleh Aldo Ahmad (Surakarta) Rahul Sharma (New Delhi) Erik Tarigan (Berastagi)Dea Karina (Yogyakarta). Adapun seniman/pegiat kreatif yang terlibat sebagai kontributor yaitu Mawang. S.I//musician (Bandung), Guffy Perdana//podcaster, content strategy (Bandung), Babam// dragqueen (Batam), Sueki Yee // dancer,choreographer (Malaysia), Tulangkata (Taufiq Azhar) //rapper, poet (Malaysia), Joko Kurnain // theatre artist (Bandung), Sasqia Ardelianca// visual artist (Bandung), Kristo Mulyagan//theatre artist (Nusa Tenggara Timur), Ressa Rizky Mutiara/dancer,choreographer (Jakarta), Peri Sandi Huizche//poet, actor (Banten), Yuliana Menes//artist (Mexico), Annu Cutter//movement artist (Germany), Hadi Riot// visual artist (Bandung), Ferry C Nugroho//dance activist (Malang), Catalina Urutbey//artist, curator and cultural manager (Argentina), Pupu GLS // costume creator, mua, choreographer (Bandung), Sadiq M jamil//actor (Malaysia), Nia Khalisa// visual artist (Malaysia), Gabriela Fernandez//musician, visual artist (Nusa Tenggara Timur), Mita Kultsum//musician (Bandung), Wanggihoed // mime artist (Cirebon), Lucia Petranyi// visual artist (Hungaria), Alejandro Gzz. Flores//mime-clown artist (Mexico), Afdhalul Wafiq Qusyairi//theatre activist (Malaysia), Zen Al ansory//filmmaker (Surakarta), Timur Budi Raja//poet (Bojonegoro), Wail Irsyad//actor (Madura), Hana Medita//dance labor (Mojokerto), Khairi Anwar//theatre activist (Malaysia), Brian Suebu//visual artist (Papua), Habib ur Rehman Khan//educationist (Pakistan), Ario Mahardika//theatre enthusiast (Bandung)