Bencana, Peluang dan KebangkitanDurasi: 03:08Oleh: Sultan PutraAsal: Sidoarjo
Deskripsi:Tahun 2020, umat manusia di seluruh dunia digoncang dengan pandemi Virus Corona (Covid-19) yang membuat kepanikan. Manusia tidak siap saat wabah datang menyuruk kehidupan. Menyergap hingga menguasai rumah, perkantoran, jalanan, pusat perbelanjaan, sekolah,kampus dan tempat lainnya. Mencengkram seluruh tatanan yang ada, mengosongkan keramaian, melambankan gerak tubuh, menjaga jarak. Segala yang dianggap sebagai kebiasaan yang berjalan, seluruh sistem politik, ekonomi, hingga sosial, tak berdaya, tunduk pada pembatasan.
Masa karantina dan pembatasan sosial yang terjadi sangat mempengaruhi psikososial, masyarakat mengalami berlapis-lapis kesengsaraan, frustasi menghadapi virus dan ancaman kematian, rasa tertekan mengkhawatirkan kesinambungan ekonomi, hingga rasa terisolir berjauhan dari keluarga dan sanak keluarga yang terpencar di berbagai tempat. memahami kembali tentang seni dan apa maknanya dalam kondisi wabah. Berkesenian ialah proses simultan internal dan eksternal seseorang, yang berurusan dengan privat, refleksi dan ekspresi diri, namun pada sisi yang lainnya seni sebagai intensionalitas diri dengan orang lain, keterlibatannya dengan dunia.
Seni beserta kemanjuran terapinya, teramat dibutuhkan saat ini, menjadi hiburan di tengah pemberitaan kurva yang membumbung merisaukan. Sebagai komunikasi antar batin yang mengingatkan manusia mengenai perasaan bahagia yang pernah mereka rasakan. Karya seni menjadi peluang mesin waktu yang membolehkan mereka yang telah kehilangan sanak keluarga, teman, hingga orang yang dicintai menjadi bertemu kembali.
Landscape video ini menunjukkan kondisi yang terjadi di tiga kota yang jelas terkena dampak terburuk (pandemi) di Jawa Timur. Kebutuhan masyarakat terkait dengan kebutuhan sehari-hari, mereka merasakan bingung, khawatir hidup mereka akan lenyap di sisi lain kebutuhan hidup menjadi prioritas utama, memaksa diri untuk memilih bertahan dirumah atau sebaliknya. Pandemi ini menyimpan lapisan yang belum terungkap, seniman mencoba untuk menguak lapisan itu menggunakan tubuhnya, meminjamkan tubuhnya ke semesta, membagi dirinya di antara dua dunia, realitas faktual dan realitas transenden demi merangsang keberanian untuk terus merangkul satu sama lain.
Seniman dan masyarakat umum lainnya dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona mereka telah mengerti makna menjadi manusia di bencana pandemi ini, mereka bangkit dan berfikir positif adanya pandemi ini bersatu saling menumbuhkan rasa peduli hingga tumbuhnya cinta kasih mungkin dalam waktu belakangan ini manusia mengedepankan kebencian dan konflik. Untuk itu manusia juga akan lebih siap dan kuat dalam menghadapi peristiwa traumatis lainnya di masa depan.