Perupa

Hendra Gunawan (1918 - 1983)

Hendra-Gunawan-1918-1983-Menguliti-Petai

Menguliti Petai

1957

Cat minyak pada kanvas

85 x 96 cm

Koleksi Galeri Nasional Indonesia.

Lukisan Hendra Gunawan “Menguliti Petai” merupakan potret yang ekspresif tentang kehidupan rakyat. Sosok-sosok wanita yang sedang menguliti petai dan mengamati boneka diungkapkan dengan cara yang naif, sehingga nuansa keseharian dunia mereka tampak bersahaja. Warna-warna dalam karya ini seperti dibiarkan menjalin bentuk-bentuk dengan sendirinya secara intuitif. Akan tetapi, seperti karya Hendra yang lain, dalam suasana kehidupan rakyat yang berat maupun bersahaja, warna dan goresannya (mampu) memberikan irama yang hidup.

Tanpa disadari, objek-objek (lukisan) Hendra yang hampir semua menggambarkan kehidupan rakyat, kebanyakan mengungkapkan aktivitas wanita. Mereka bisa dihadirkan sebagai penjual sayur yang terbongkok-bongkok berjalan ke pasar, sebagai pemain ketoprak yang berhias di tobong, sebagai orang-orang kampung bercengkerama mencari kutu, sebagai pekerja seks komersial, atau sebagai sosok rakyat yang lain. Ungkapan-ungkapan itu bisa dilihat sebagai refleksi pengalaman hidupnya yang pahit dan penuh konflik di masa kecil. Di samping itu, bisa juga dipengaruhi oleh aktivitas dan komitmennya pada sanggar dan partai politik yang secara eksplisit berideologi kerakyatan. Oleh karena itu, dalam tema-tema lukisan Hendra, aktivitas sehari-hari tidak sekadar menjadi kerutinan yang tidak berarti, namun di dalamnya mengandung empati terhadap nasib kehidupan manusia. Dalam suasana yang puitis, lukisan “Menguliti Petai” juga mengungkapkan empati pada dunia kehidupan yang bersahaja para perempuan.


Peeling Pete (Peeling the Stink Beans)

1957

Oil on canvas

85 x 96 cm

Collection of the National Gallery of Indonesia.

The painting of Hendra Gunawan, “Menguliti Pete”, is an expressive snapshot of people’s life. The women peeling the stink beans observed by a doll naively expresses, the day-to-day nuance of their world appears unpretentiously modest. The colours in this painting seem to intuitively entwine into forms on their own. However, like earlier works of Hendra, in both the difficult and earthy atmosphere of people’s life, the colours and the strokes have been able to create a lively rhythm.

Unwittingly, almost all of Hendra’s (painting) objects depict the life of the people, mostly the activities of women. They are shown as vegetable vendors walking stooped to the market, as ketoprak actors dressed and made up for the stage, as kampung people merrily combing for fleas, as prostitutes, or other popular figures. These expressions can be seen as a reflection of his own bitter life experiences and a difficult childhood. It could also have been influenced by his activity and commitment to sanggar (studio) and a political affiliation that explicitly promotes the populist ideology. For that reason, in Hendra’s paintings, the daily activities are not merely depictions of mundane routines, but within them there is an empathy for the fate of human life. In a poetic air, the painting “Menguliti Pete” also expresses an empathy for the modest realm of ordinary village women.