Diskusi daring ini berlangsung antara Nus Salomo (pematung dan seniman multimedia), serta Rizki A. Zaelani dan Asikin Hasan (kurator Pameran POROS). Patung “Ibu Tani” adalah bagian dari Monumen “Pahlawan”—sering disebut sebagai “patung tugu pak Tani”—yang terletak di sekitar daerah Monas.
Nus Salomo adalah seniman yang diminta bantuan keahliannya untuk mengerjakan patung model dari karya patung publik yang ada di daerah Jakarta. Patung publik yang dipilih adalah karya Monumen “Pahlawan” yang kemudian ditentukan hanya mengambil sosok wanita sebagai bagian dari karya keseluruhan. Tak banyak pihak yang sempat memikirkan, atau bertanya, siapa sosok perempuan itu? Apakah perempuan itu adalah orang tua (sang ibu) dari pejuang yang menggunakan topi caping kaum petani itu? Apakah sosok perempuan itu adalah adik perempuannya, istrinya, atau justru kekasihnya?
Rekonstruksi-bentuk patung yang dikerjakan secara digital oleh Salomo, ternyata menyampaikan informasi yang jadi misteri tentang keberadaan sosok perempuan itu. Reka ulang bentuk, gestur tubuh, bahkan atribut yang dikenakan sosok perempuan itu seperti menjelaskan pada sudut pandang penafsiran Salomo, bahwa sosok perempuan itu berusia lebih tua dibanding sang pejuang. Nus percaya, sosok itu adalah sang ibu, jadi Salomo menyebutnya sebagai sosok “Ibu Tani” daripada memanggilnya sebagai gadis petani, atau perempuan petani. Ini tentu saja adalah soal interpretasi, namun proses kerja pamatungan secara digital (digital sculpting) memang menarik untuk dibicarakan karena bisa mengangkat segi-segi penciptaan yang tersembunyi yang dikerjakan oleh sang pematung. Teknik dan metode kerja artistik ini tidak hanya membuka pengembangan kemungkinan-kemungkinan tak terbatas dalam proses penciptaan karya seni patung, tetapi juga membuka pokok-pokok pemanfaatannya yang lain.