Konservasi Lukisan Panel “Puspita Margasatwa Indonesia”

Konservasi lukisan bersejarah “Puspita Margasatwa Indonesia” karya Lee Man Fong, yang diciptakan pada tahun 1962, merupakan program yang dilaksanakan atas inisiatif dan pengelolaan pihak manajemen Hotel Indonesia Kempinski pada tahun 2020. Karya ini adalah salah satu dari karya-karya koleksi negara yang lainnya, berupa relief, mozaik dinding, patung maupun lukisan, yang terdapat di lingkungan Hotel Indonesia yang tetap terjaga hingga saat kini. Konservasi seni atas lukisan panel ini dikerjakan oleh tenaga ahli konservasi seni: Michaela Anselmini (Italia), dibantu dua asisten-didik: Hazim M. Zarkasy Hakim dan Muhammad Rusyan Y. (Indonesia). Proyek konservasi seni pada karya ini ditujukan dalam rangka menjaga dan merawat kesinambungan nilai estetik dari karya seni lukis (lukisan panel) yang istimewa serta langka dengan ukurannya yang besar. Pekerjaan konservasi dilakukan untuk menemukan bentuk penampilan maupun performa karya lukisan seoptimal mungkin, mendekati kondisi “prima” saat karya tersebut diciptakan. Proyek konservasi seni pada karya ini dilakukan untuk menjejaki dan mencoba menemukan tampilan performa ekspresi terbaik karya tersebut secara otentik. Tentu saja, kondisi karya tersebut kini berbeda dengan kondisi sebelumnya. Jangka perjalanan waktu dari masa penciptaan karya tersebut di tahun 1960-an memengaruhi kondisi fisik karya pada saat kini. Meskipun penempatan karya tersebut terjaga dalam ruang dengan pengatur suhu pendingin ruangan secara konstan, permukaan bidang lapisan lukisan tetap tidak akan terhindar akan menampung lapisan bahan-bahan organik yang beredar melalui perputaran udara di ruangan—apalagi karya tersebut sebelumnya disiapkan untuk menempati ruang perjamuan makan.

Lukisan panel “Puspita Margasatwa Indonesia” kini berada di area depan pintu lobi bangunan Ganesha Wing, menghadap ke arah luar, berhadapan dengan lokasi wilayah Bundaran Hotel Indonesia. Karya ditempatkan pada dinding bagian atas di lokasi Bali Room Foyer berukuran lebar 12,8 meter, panjang 19,5 meter, tinggi 3,2 meter, di mana karya tersebut terpasang secara permanen. Lukisan berbentuk panel itu sendiri berukuran tinggi 3,998 meter dan panjang 10,853 meter, dengan jarak pandang terhadap pengamat sekitar 6,65 meter dan ketinggian penempatan karya sekitar 2,46 meter dari permukaan tanah. Dinding pembatas ruang lobi ini menggunakan beberapa jendela kaca transparan, sehingga pengunjung masih bisa melihat dengan jelas lokasi dan keberadaan lukisan panel di dalam ruangan. Seluruh area Bali Room Foyer umumnya berdinding granit warna kulit manusia tropis yang hangat dengan suasana ruangan bergaya arsitektur hotel modern eksklusif pertama di Indonesia. Di dalam ruangan ini terdapat dua kolom vertikal sebagai penyangga struktur lukisan panel yang batas bidang lukisannya mencapai ketinggian maksimum 6,45 meter dari lantai. Material lukisan panel itu sendiri menggunakan bahan kanvas yang dilekatkan pada lapisan bahan MDF (Medium Density Fiberboard) yang kini menempel solid pada lapisan plaster halus yang memisahkannya secara fisik dengan dinding tembok permanen ruangan.

Gambar 1

Lokasi dan posisi pasang terakhir karya lukisan Lee Man Fong “Puspita Margsatwa Indonesia” di area depan pintu lobby bangunan Ganesha Wing, Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, tahun 2020.

Secara fisik bentuk lukisan tersebut tersusun dari paduan tiga buah lengkungan panel (curve) dalam satu bidang horizontal yang hampir menutupi lebar ruangan Bali Room. Konsep bentuk kurva ini merupakan gagasan orisinal dari Lee Man Fong sendiri (Interview dengan Lee Raren; 2020), di mana dia menggunakan teknik bending panel melalui proses perendaman di dalam air selama 1-2 minggu sebelum panel siap dipasang dan digunakan sebagai alas lukisan (Interview Lee Raren; 2020). Lukisan ini tidak menggunakan pembatas kerangka pigura, kecuali tambahan kerangka tipis berwarna emas pada kedua pembatas vertikal di bagian sisi kanan-kirinya. Secara umum struktur kurva lukisan masih tampak utuh seperti aslinya, menunjukkan: pertemuan antara bidang-bidang lengkungan permukaan bidang lukisan nyaris tidak terasa dan terlihat jelas.

Gambar 2

Karya seniman pelukis Lee Man Fong, “Puspita Margasatwa Indonesia” (1962), 4 x 10,85 m (triptych), cat minyak dan akrilik pada kanvas dengan hardboard MDF berbentuk dinding permukaan melengkung (kurva-dalam). Karya lukisan ukuran besar yang dipesan oleh Presiden RI Ir. Soekarno, ini diselesaikan Lee Man Fong dengan tenaga bantuan kerja para pelukis lain: Lim Wa Sim, Tjio Soe Djie, Siauw Swie Ching, dan Lee Rern.

Teknik visualisasi lukisan “Puspita Margasatwa Indonesia” ini tersusun dari tiga buah lengkungan (collinear curves) berbentuk negative concave yang disejajarkan secara horizontal. Formasi bentuk ini menghasilkan panel bidang lukisan menjadi terasa memiliki kedalaman ruang. Bentangan lebar lukisan menciptakan efek lengkungan tiga dimensi sehingga bidang lukisan mampu menampung lebih banyak varian objek lukisan yang digambarkan di dalamnya. Jika lukisan dilihat dari arah depan secara langsung akan menampilkan ada tiga buah panel berukuran sama yang menempel melalui batas-batas garis vertikalnya. Setiap panel memiliki kedua lengkungan sisi atas-bawah yang tampak simetris sehingga garis batas atas dan bawah bidang lukisan ini membentuk garis-garis batas lengkungan (curved edges) yang sejajar. Teknik pemasangan kanvas pada setiap panel dilakukan dengan menggunakan jenis bahan lem yang saat itu harus didatangkan secara khusus dari Jerman untuk merekatkan bahan kanvas pada permukaan bidang lembaran MDF secara sempurna.

Gambar 3

Persiapan dan riset konsevasi karya lukisan Lee Man Fong “Puspita Margsatwa Indonesia” di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta. 2020.

Gambar 4

Dari kiri ke kanan: Proses konservasi; Kunjungan narasumber Lee Rern (putra alm. Lee Man Fong yang turut membantu proyek pengerjaan karya di tahun 1962); Diskusi dan pengarahan oleh restorator seni Michaela Anselmini kepada para asisten didik (Rusyan & Hazim).

Observasi terhadap kondisi lukisan ini dapat disimpulkan bahwa lukisan tersebut memiliki karakteristik khas campuran teknik melukis yang biasa dikerjakan terhadap karya-karya realisme dan impresionisme. Karakter visual tersebut tampak pada bentuk-bentuk hasil pengolahan objek plastis yang menunjukkan variasi jejak tebal-tipis sapuan kuas dan palet secara lembut hingga kasar dengan sangat baik, pencampuran kekuatan warna dicapai dengan menggunakan kombinasi warna-warna polychromatic. Teknik lukisan ini sangat berbeda dibandingkan dengan metode berkarya yang biasanya dikerjakan Lee Man Fong pada lukisan-lukisan di periode sebelumnya, teknik impresionistik pada lukisan-lukisan Lee Man Fong yang dihasilkan setelah tahun 1945-an yang telah berkembang sebagai hasil dari teknik seni lukis China modern. Studi tentang kekuatan visual lukisan-lukisan Lee Man Fong menjelaskan kemampuan dirinya mengadaptasi teknik, gaya, dan metode seni lukis China dengan kekuatan warna lukisan cat minyak French School maupun Dutch School untuk mengekspresikan keragaman motif bentuk seperti manusia, pemandangan, hewan, dan pepohonan, yang ada di daerah kepulauan tropis. Lee Man Fong adalah salah seorang maestro seni lukis Indonesia yang piawai menggabungkan visi dan unsur-unsur Timur melalui teknik dan visi penciptaan seni lukis Barat yang kemudian ditempuh melalui eksperimentasi dari keduanya untuk menghasilkan karakteristik lukisan yang khas. Teknik maupun metode penciptaan yang digunakan pada lukisan “Puspita Margasatwa Indonesia” ini menunjukkan salah satu puncak akumulasi proses eksplorasi artistik Lee Man Fong, di mana pengetahuan dan kesadaran personalnya tentang fenomena keindahan flora-fauna yang tenang, damai, dan alami menyatu dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia berhasil direkam menjadi tiga tema panel yang masing-masing menghadirkan intensi subjek yang berbeda.

Inisiatif serta pelaksanaan program pemeliharaan karya-karya seni rupa penting dan bernilai sejarah di lingkungan Hotel Indonesia oleh pihak menajeman hotel sendiri merupakan contoh dari bentuk kontribusi pada kesinambungan nilai sejarah, baik sejarah kebangsaan maupun sejarah perkembangan seni rupa Indonesia sendiri. Pihak manajeman pengelolaan hotel yang kini dikelola melalui kerja sama dengan pihak swasta nasional telah menunjukkan komitmen dan kontribusinya secara jelas dan nyata. Langkah penting ini telah memberikan inspirasi yang berharga bagi lembaga-lembaga publik lainnya di Indonesia, baik yang dikelola secara langsung oleh pihak pemerintah maupun swasta nasional, untuk turut menjaga dan meneruskan cita-cita penciptaan seni oleh para seniman Indonesia bagi nilai kemajuan bangsa.

*) Sebagian besar isi tulisan ini disarikan dari laporan penelitian PPMI - ITB (2020), dengan judul: “A preliminary Conservation Study for Art and Culture in Indonesia – Case Study of Puspita Margasatwa Indonesia Panel Painting's at Hotel Indonesia Jakarta” yang dikerjakan secara bersama oleh: Dikdik Sayahdikumullah (ketua), Rizki A. Zaelani, Zusfa Roihan, dan Michaela Anselmini.