Monumen Banteng Ketaton

Monumen Banteng Ketaton

Data Karya

Seniman
Trijoto Abdullah
Judul Karya
Monumen Banteng Ketaton
Media
Batu
Tahun
1947
Ukuran
Patung Banteng 90 x 290 x 160 cm, balok pedestal 255 x 480 x 175 cm
Lokasi
Komplek GOR Wilis, Kota Madiun
Pengelola
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaaan, dan Olahraga Kota Madiun
Pemilik
Pemerintah Kota Madiun

Deskripsi Karya

Rawe-rawe rantas, malang-malang poetoeng.

(segala sesuatu yang merintangi maksud dan tujuan, harus disingkirkan)

Madiun selain menjadi salah satu kota penting dalam sejarah revolusi kemerdekaan Republik Indonesia, juga memiliki peran penting bagi sejarah seni rupa Indonesia. Di kota ini, Seniman Indonesia Muda (SIM), perkumpulan seniman yang diinisiasi S. Sudjojono dan kawan-kawannya didirikan pada tahun 1946. Di kota ini pula dibangun salah satu monumen publik pertama yang dikerjakan oleh seorang pematung perempuan, Trijoto Abdullah (adik dari pelukis Basoeki Abdullah) pada tahun 1947, dikenal sebagai Banteng Ketaton.

Banteng Ketaton dapat diartikan banteng yang luka terkena senjata sebagai simbolisasi sikap melawan atau mempertahankan diri dengan gigih. Monumen ini dibangun untuk mengenang semangat warga Madiun dalam melawan agresi militer Belanda I. Dalam dokumentasi Claire Holt, peneliti Indonesianis dari Cornell University Amerika Serikat, tertulis inkripsi “Monumen ini didirikan oleh Rakyat Murba dipersembahkan kepada “Banteng Kurdho” dan “Pahlawan Bambu Runcing” di Madiun, 17 April 1947. Pada bentuk awalnya, selain figur banteng juga terdapat sosok rakyat pejuang dengan ikat kepala sedang mengangkat bambu runcing. Namun sejak dipindahkan dari lokasi awal di Taman Makam Pahlawan ke kawasan Stadion Wilis, sosok pejuang tersebut tidak tampak lagi.


Dok. Galeri Nasional Indonesia

Lokasi/Alamat lengkap: Jalan Mastrip, Kel. Klegen, Kec. Kartoharjo, Kota Madiun


Kembali ke Peta Karya