“Hanja Bangsa jang menghargai pahlawan-pahlawanja dapat mendjadi bangsa jang besar”
Monumen Pahlawan atau lebih populer dengan sebutan Tugu Tani dipesan oleh Presiden Soekarno kepada pematung Rusia, Matvey Genrikhovich Manizer dan putranya Ossip Manizer. Dalam kunjungan ke Uni Soviet (USSR) pada Mei 1959 untuk bertemu dengan Perdana Menteri Nikita Khrushchev, Soekarno tertarik dengan patung-patung bertema realisme sosialis yang tersebar di beberapa penjuru kota. Oleh pejabat Uni Soviet, Soekarno pun dikenalkan dengan Matvey yang pada saat itu menjabat sebagai vice president USSR Academy of Arts, dan juga bertemu anak laki-lakinya yaitu Ossip.
Soekarno kemudian mengundang keduanya ke lndonesia untuk mengerjakan sebuah monumen mengenai perjuangan bangsa lndonesia. Pada waktu itu yang dimaksudkan ialah perjuangan untuk membebaskan lrian Barat dari belenggu kolonisasi Belanda. Kemudian kedua pematung tersebut datang ke lndonesia dan mengunjungi berbagai daerah untuk mendapatkan gambaran atau inspirasi bagi patung yang akan dibuatnya. Pada sebuah desa di daerah Jawa Barat mereka mendapatkan kisah mengenai seorang ibu yang mengantarkan anak laki-lakinya berangkat menuju ke medan perang. Untuk mendorong keberanian sang anak serta tekad memenangkan perjuangan dan sekaligus agar selalu ingat kepada orang tua dan tanah airnya, maka sang ibu memberikan bekal (berupa nasi) kepada anak laki-lakinya. Kembali ke Uni Soviet, ia bersama putranya kemudian mengerjakan patung tersebut sebagai tanda persahabatan Moskow-Jakarta. Patung perunggu ini dikerjakan di Rusia dan dibawa ke Indonesia dengan menggunakan kapal laut untuk kemudian diresmikan Presiden Soekarno pada tahun 1963.
Lokasi/Alamat lengkap: Jln. Menteng Raya No. 1, Kel. Kebon Sirih, Kec. Menteng, Jakarta Pusat.