Monumen Perjuangan Senen didirikan untuk mengenang peristiwa di kawasan Senen dan sekitarnya yang pernah menjadi lokasi pertempuran pejuang Indonesia selama masa revolusi kemerdekaan. Beberapa peristiwa pertempuran yang terjadi di kawasan tersebut di antaranya adalah penyerangan ke Jln. Kwitang yang ditujukan ke rumah Mr. Roem, pertempuran di depan Hotel Taytung depan Stasiun Senen (3 Oktober 1945) yang kemudian berlanjut di sekitar Bungur dan Tanah Tinggi keesokan harinya. Pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi pertempuran besar di Senen yang mengakibatkan banyak pejuang Indonesia tertangkap.
Monumen ini dikerjakan dengan pendekatan realis yang menggambarkan segenap unsur masyarakat seperti rakyat, pemuda dan pemudi, serta anak-anak mendukung perjuangan fisik di masa revolusi kemerdekaan. Pejuang rakyat berada di posisi terdepan, sementara para pemudi bersiap di garis belakang mendukung perjuangan dengan bekerja di dapur umum dan palang merah, sementara anak-anak berperan sebagai kurir. Patung pada monumen ini dikerjakan dengan teknik pembuatan beton cor yang bahannya berasal dari Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pematungnya adalah Sadiman, Suhartono, dan Haryang Iskandar yang dibantu pelukis Suyono Palal. Proses pembuatan patung tersebut berlangsung di Sanggar Pucuk Citra. Monumen Perjuangan Senen diresmikan pada tanggal 2 Mei 1981 oleh Walikota Jakarta Pusat, A. Munir.
*Catatan, penamaan patung/monumen:
Buku Monumen dan Patung di Jakarta Pemprov DKI Ibukota Jakarta, Dinas Museum dan Pemugaran, (1999/2000):“Monumen Perjuangan Senen”.
Laporan Hasil Survei Tim UP PKCB DKI, (2018):“Monumen Mereka Kembali”
Lokasi/Alamat lengkap: Jln. Proyek Senen No.6, RW.03, Kel. Senen, Kec. Senen, Jakarta Pusat.